Oleh : Letkol Arm Arief Budiman, S. Sos., M.M
Dansatgas TMMD 124 Kodim 0429/Lamtim
Maturnuwun, Pak Tantara, wes rela panas-panas demi masyarakat Desa Itik Rendai.” Kalimat sederhana yang terpampang di dinding bangunan MCK itu menyimpan makna yang dalam. Sebuah ungkapan tulus dari warga Desa Itik Rendai kepada para prajurit TNI yang telah mengabdikan tenaga, waktu, dan hati mereka selama hampir satu bulan penuh. Di balik tulisan itu, tergambar rasa syukur dan penghormatan yang tak bisa diukur oleh materi.
Selama 30 hari, satu Kompi Prajurit TNI Polri terdiri dari Kodim 0429/ Lamtim, Yonif 143/TWEJ, Yon Zipur, Lanal Lampung, Lanud M. Bun Yamin, serta Polres Lamtim diterjunkan ke Desa Itik Rendai, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur. Mereka hadir bukan sekadar sebagai pasukan militer, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang turut serta membangun desa melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD).
Kebersamaan ini menjadi cermin nyata kemanunggalan TNI dan rakyat. Setiap hari, di bawah terik matahari yang menyengat, para Prajurit bahu-membahu bersama warga membangun infrastruktur desa. Tak ada keluhan, tak ada rasa lelah yang ditampakkan. Yang ada hanyalah semangat gotong royong, semangat untuk melihat desa ini menjadi lebih baik. Keringat yang menetes bukanlah beban, melainkan bukti kerja tulus demi kemajuan bersama.
Pemandangan yang tak terlupakan adalah saat seragam loreng yang basah oleh peluh itu berpadu dengan senyum ramah warga. Tua, muda, laki-laki, perempuan, semua menyatu dalam pekerjaan fisik yang tak ringan. Mereka mengerjakan pembangunan jalan onderlagh dengan rasa saling menghargai dan saling menguatkan. TNI bukan lagi orang asing, melainkan saudara seperjuangan.
Ketika Adzan Ashar berkumandang dari surau kecil desa, aktivitas pun mulai terhenti. Para prajurit dan warga yang sejak pagi menyumbangkan tenaga mulai berkemas. Ada yang menuju tempat istirahat, ada pula yang langsung membersihkan diri di aliran air dekat lokasi. Waktu istirahat menjadi momen merekatkan kedekatan, saat cerita dan canda menjadi pengisi suasana.
Selama TMMD berlangsung, sebagian prajurit tinggal di Posko, sementara sebagian lainnya tinggal di rumah-rumah warga. Malam hari di desa pun menjadi saksi kehangatan hubungan yang terjalin. Suasana akrab terbangun dalam obrolan ringan, cerita kehidupan, dan tawa yang pecah, mereka bukan hanya tamu, tapi sudah menjadi bagian dari keluarga.
Kegiatan ini berlangsung secara konsisten setiap hari selama 30 hari. Waktu terasa cepat berlalu karena setiap hari diisi dengan kerja, kebersamaan, dan harapan. Hingga akhirnya, pada Rabu, 4 Juni 2025, semua program TMMD dinyatakan selesai 100 persen. Hari itu bukan hanya menjadi penanda akhir kegiatan, tetapi juga awal dari kenangan manis yang akan selalu dikenang oleh warga Desa Itik Rendai.
Perpisahan di hari terakhir penuh haru. Warga dan prajurit TNI saling berjabat tangan, sebagian bahkan menitikkan air mata. Tidak ada kata yang cukup untuk menggambarkan rasa terima kasih dan bangga. TNI telah hadir, bukan hanya membangun jalan, MCK, atau infrastruktur lainnya, tetapi juga membangun semangat, harapan, dan persaudaraan yang akan abadi di hati masyarakat Itik Rendai.
Di sudut Desa Itik Rendai, Kecamatan Melinting, Lampung Timur, seorang pria sepuh bernama Tri Waluyo tampak berbincang hangat dengan Dandim 0429 Lampung Timur, Letkol Arm Arief Budiman, S.Sos., M.M. Dalam pertemuan yang bersahaja itu, terlihat jelas pancaran kebahagiaan dari wajah pria berusia 72 tahun tersebut, seolah ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terucap lewat kata.
Tri Waluyo, yang pendengarannya kini mulai melemah dimakan usia, tak menyangka rumah reot yang selama ini menjadi tempat berlindungnya kini berubah menjadi bangunan kokoh dan layak huni. Semua berkat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 Kodim 0429/Lamtim, yang hadir sebagai angin segar di tengah keterbatasannya.
“Kalau tidak ada program dari Pak TNI, mungkin rumah kami tetap reot, karena tidak sanggup membangun yang baru,” ujar Tri dengan suara lirih namun penuh syukur.
Program TMMD yang digagas TNI AD memang menyasar desa-desa tertinggal, termasuk Desa Itik Rendai. Rumah Tri Waluyo menjadi salah satu sasaran yang direnovasi total. Kini, bangunan permanen bercat hijau yang melambangkan kesejukan dan kemakmuran itu tak hanya menjadi tempat berlindung dari panas dan hujan, tetapi juga menjadi simbol harapan dan martabat yang terjaga.
Tri Waluyo tinggal bersama anak dan cucunya di rumah barunya. Dalam kesehariannya, ia masih aktif sebagai pengurus Masjid Jamiatul Mutaqin, yang letaknya berada satu pekarangan dengan rumahnya. Masjid sederhana itu menjadi tempat ibadah sekaligus ruang sosial bagi warga sekitar.
“Saya merasa punya tanggung jawab untuk tetap mengabdi, meski hanya bisa menjaga dan membersihkan masjid,” katanya sambil tersenyum.
Pria yang pernah mengabdi sebagai guru madrasah di desanya itu dikenal masyarakat sebagai sosok yang bersahaja dan selalu siap membantu. Masa tuanya diisi dengan kegiatan keagamaan dan menjadi rujukan warga saat mencari nasihat. Dengan rumah yang kini layak huni, Tri merasa hidupnya mendapatkan ‘bonus’ yang tak disangka di masa tuanya.
Keterbatasan fisik dan ekonomi tak menghalangi Tri untuk tetap semangat menjalani hari. Ia tak memiliki penghasilan tetap, namun kehadiran rumah baru dari program TMMD menjadi rejeki besar yang ia syukuri setiap waktu. Baginya, rumah tersebut bukan sekadar bangunan, melainkan anugerah dan tanda kepedulian Negara melalui TNI terhadap rakyat kecil.
Kisah Tri Waluyo adalah secuil potret tentang arti sebuah pengabdian dan ketulusan. Di balik usia senja dan langkah yang mulai pelan, masih ada semangat yang tak lekang oleh waktu. TMMD tidak hanya membangun fisik desa, tetapi juga membangkitkan semangat hidup warganya. Dan di wajah Tri Waluyo, tergambar jelas: rumah baru, harapan baru.
Komandan Kodim (Dandim) 0429/Lampung Timur, Letkol Arm Arief Budiman, S.Sos., M.M aktif melakukan pemantauan langsung ke lokasi pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di Desa Itik Rendai, Kecamatan Melinting. Kehadiran Arief di tengah masyarakat menjadi pemandangan yang rutin selama program TMMD berlangsung.
Tak hanya sebatas kontrol lapangan, Letkol Arief juga kerap meluangkan waktu untuk berbaur dan berdiskusi langsung dengan warga. Ia kerap terlihat duduk bersama masyarakat, membangun komunikasi dua arah tanpa sekat jabatan. Langkah ini dinilai sebagai pendekatan humanis yang mempererat hubungan antara TNI dan rakyat.
“Saya sengaja sering turun ke lapangan dan ikut bersama warga agar mereka merasa dekat dan tidak sungkan dengan kehadiran TNI,” ujar Letkol Arm Arief Budiman saat ditemui di lokasi TMMD, Rabu (4/6/2025).
Menurut Arief, pendekatan ini juga menjadi sinyal positif bagi seluruh prajurit di lapangan agar mampu bersikap terbuka dan merakyat dalam menjalankan tugas. Ia menegaskan pentingnya membangun citra positif TNI di tengah masyarakat.
“Kenapa saya sering bersama warga selama program TMMD? Karena saya ingin membuktikan bahwa kehadiran TNI bisa diterima masyarakat,” tegasnya.
Program TMMD sendiri merupakan bentuk sinergi antara TNI dan masyarakat dalam membangun desa, baik secara fisik maupun non-fisik. Kehadiran Dandim yang aktif di lapangan diharapkan mampu memperkuat kepercayaan publik terhadap peran TNI dalam pembangunan nasional.
Lanjut Letkol Arm Arief Budiman. Sebagai informasi, selain merehabilitasi mushola, sejumlah sasaran fisik dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) antara lain meliputi:
Pembuatan jalan onderlagh sepanjang 1.129 Meter dengan lebar 3 meter, Pembangunan drainase sepanjang 936 meter, Pengerjaan rabat beton sepanjang 400 meter dengan lebar 3 meter.
Pembangunan tiga unit gorong-gorong, Pembangunan dua unit pos kamling, Pembuatan badan jalan sepanjang 1.086 meter dengan lebar 6 meter.dan rehabilitasi satu unit rumah tidak layak huni.***

