Crime HistoryHeadlineLubuklinggauSecond HeadlineSumsel

Tidak Terima Ibunya Diancam dan Diomelin, Satra Efendi Pukul Kakak Hingga Meninggal Dunia

Sumateranews.co.id, LUBUKLINGGAU- Karena kesal ibunya sering dimarahi dan diomeli serta dimintai uang oleh kakak, membuat Sastra Efendi alias Pendi (22) gelap mata sehingga tega memukul Nasution (30) pakai kayu dan batu sampai meninggal dunia, di Jalan Kenanga 2, RT 04, No 43, Kelurahan Batu Urip, Kecamatan Lubuklinggau Utara 2, Selasa (26/3) sekitar pukul 20.00 WIB. Keduanya merupakan saudara kandung satu ibu lain bapak.

“Korban sering memarahi Ibunya (Yani). Korban tidak punya pekerjaan, suka memarahi Ibunya, menuntut ibunya untuk memberikan uang. Karena ibunya ada keterbatasan, sering dimarahi, diomeli. Tersangka tidak terima, karena itu memang Ibunya,” kata Kapolres Lubuklinggau, AKBP Dwi Hartono didampingi Kapolsek Lubuklinggau Utara, AKP Harison Manik, Rabu, 27/3/2019.

Saat itu korban meminta uang Rp 20 juta kepada Ibunya dan tidak diketahui untuk apa. Korban sudah ribut-ribut di rumah setelah maghrib. Korban memecahkan lemari. Dan tersangka yang saat itu melihat korban ngomel-ngomel di rumah serta memarahi sang Ibu hanya bisa diam.

Tak lama berselang, tersangka kehilangan kesabaran. Apalagi tersangka melihat korban seperti hendak memukul serta mengancam Ibunya. Hingga tersangka kehilangan kesabaran, lalu pelaku berlari keluar ke depan rumah untuk mengambil balok kayu, kemudian langsung memukul kepala bagian belakang korban. Selanjutnya memukul pundak belakang korban pakai batu gilingan cabai hingga sampai meninggal dunia.

“Karena tidak terima atas perlakuan korban terhadap Ibunya, makanya tersangka khilaf mata dan akhirnya dibunuh menggunakan batu gilingan cabe dan balok kayu,” jelasnya.

Mendapat informasi kejadian itu, anggota Polsek Lubuklinggau Utara langsung ke tempat kejadian perkara (TKP). Dan tersangka dapat diamankan di rumahnya tanpa melakukan perlawanan.

Tersangka terancam hukuman 15 tahun penjara. “Ini persoalan keluarga. Dia ini satu Ibu, dua Bapak. Saya bilang sisi bagusnya, dia (tersangka) itu belain ibunya, cuma kelewatan. Jadi si korban marahi ibunya. Saya yakni bukan hanya sekali. Dia (korban) minta uang Rp 20 juta,” bebernya.

Sementara itu tersangka di hadapan Kapolres mengaku dirinya tidak pernah ribut dengan korban. Keributan itu terjadi baru satu kali yakni pada saat kejadian. Sebab tersangka khilaf melihat Ibunya diancam, dimarahi dan diomeli. “Sering nekan Ibu. Aku diam saja, sabar. Nah sekali ini kelewatan,” jelasnya.

Tersangka mengatakan menyesal atas perbuatannya itu. Apalagi yang dibunuhnya merupakang abangnya sendiri. “Dia abang aku. Aku dak tahu apo dio (korban) lah nikah atau belum. Kemarin dio ngomong lah nikah. Dia (korban) kalau pulang selalu minta uang dengan Ibu,” jelas tersangka.

Lebih lanjut, tersangka menjelaskan jika korban sudah sering menekan sang Ibu. “Aku cukup diam saja. Nah puncaknyo semalem. Lah abes nian kesabaran aku. Dio (korban) juga galak makai narkoba di rumah,” jelas tersangka kepada Kapolres.

Tersangka juga mengaku, awal mula kejadian saat itu dirinya baru pulang ke rumah mendekati waktu maghrib. “Lah mulai lemari dipecahke. Diam aku. Dio masih ngoceh, aku diemke bae. Dio mulai nak gaya nak mukul mamak. Dak jadi ditaroknyo lagi. Ngancam-ngancam. Lari kedepan ambek kayu, pukul pulok pakai batu,” bebernya.

Kata tersangka, korban selalu ribut soal uang. “Dia minta sen Rp 20 juta. Sudah sering niak cak itu mintak duit. Dak tahan lagi jingok mak dicak ituke oleh dio. Mintak jual rumah. Nah saat kejadian yang ado dirumah, aku, mamak, dio. Bapak lagi yasinan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, korban minta uang selalu dikasih. “Sudah sering mintak duit. Setiap hari mintak duit, kadang sejuta, 300, 500 ribu. Dikasih terus. Malam tadi mintak duit 20 juta. Memang dia (korban) emosian orangnya. Aku jarang ngobrol dengan dio. Kalau dikasih duit, besok balek. Abis duit dio balek. Dalam seminggu lah nak 5 juta lebih,” ungkapnya.

Selain itu, korban juga dikatakan tersangka pernah melemparkan botol ke sang Ibu. “Pernah babit emak pakai botol, luka tangannya. Lah lumayan lamo. Dio katek gawe. Palingan men katek duet di rumah, kalao ado duit dio keluar. Aku nyesel, khilaf aku. Soalnya aku liat emak dicak ituke samo dio. Aku sabar terus,” terangnya.

Korban dikatakan tersangka, juga pernah tertangkap di tahun 2005. “Dio mukuli mamak. Ditangkap, tapi  Kasus tetangkap tahun 2005 dio mukuli mamak. Ditangkap. Kalau bapak (Sukri) sehari-hari kerjonyo cari barang bekas. Kalau dio (korban) masuk ke rumah, adek-adek takut galo samo dio. Belari galo,” pungkasnya.

Laporan          : Shandy

Editor/Posting : Imam Ghazali

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button