NusantaraOpini

Tarif Dasar Listrik Naik, Seperti Ini Islam Memberikan Solusi 

Oleh : Nonny Handayani (Ibu Peduli Generasi) 

Penderitaan rakyat seolah tak ada habisnya ditambah wabah yang tak kunjung reda membuat masalah datang bertubi-tubi. Di masa pandemi Pemerintah mencanangkan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun 2022 secara merata setelah beberapa tahun tidak ada kenaikan pada golongan bersubsidi. 

Kabar ini tentunya meresahkan rakyat khususnya golongan menengah kebawah karena pasti akan ada penambahan pengeluaran biaya. Yang membuat rakyat makin miris, faktanya saat ini saja pandemi memasuki gelombang ke tiga, yang sudah bisa dipastikan akan banyak berdampak terhadap perekonomian rakyat.

Dikutip dari BANJARMASINPOST.CO.ID Pemerintah bersama dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI berencana menerapkan kembali tarif adjustment (tarif penyesuaian) pada 2022 mendatang.

“Tarif listrik bagi golongan pelanggan non-subsidi ini bisa berfluktuasi alias naik atau turun setiap 3 bulan disesuaikan dengan setidaknya tiga faktor, yakni nilai tukar mata uang, harga minyak mentah dunia, dan inflasi,” kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana, seperti dikutip Antara, Selasa (1/12/2021).

Menurut Rida, pemerintah sudah menahan tarif listrik untuk pelanggan non subsidi selama empat tahun belakangan. Ia berdalih daya beli masyarakat sedang rendah.

Konsekuensinya, pemerintah harus memberi kompensasi kepada PLN yang sudah menjual listrik dengan harga lebih rendah dari biaya produksi.

Menanggapi hal tersebut, pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyanto mengatakan, rencana mengenai tarif adjustment ini memang sudah lama didengungkan.(TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA)

Penyesuaian tarif menurut Agus, menjadi hal yang wajar dan dapat diterima ketika dibarengi dengan layanan yang ditingkatkan oleh penyedia layanan dalam hal ini Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Sejatinya kesalahan kebijakan ini bukan hanya pada layanan yang kurang memenuhi harapan meski TDL sudah mahal, namun lebih mendasar kesalahan nya terletak pada negara yang memerankan diri sebagai pedagang yang menjual layanan energi yang bersumber dari milkiyah ammah kepada rakyat.

Inilah watak asli sistem kapitalis yang melahirkan ekonomi liberal. Liberalisasi ekonomi, termasuk di sektor energi, khususnya kelistrikan merupakan desakan oleh pihak asing. Ditambah lagi dengan biaya pemakaian BBM untuk pembangkit – pembangkit PLN sangatlah fantastis. Ini yang akhirnya membuat pemerintah memaksa PLN membeli sumber energinya dengan harga yang dikehendaki oleh perusahaan-perusahaan asing yang memegang kendali dalam industri minyak, gas, dan batubara. Akibatnya, sumber energi (minyak dan gas) menjadi sangat mahal, dan jelas berdampak kepada PLN.

Bisa dibayangkan, betapa amburadulnya setiap kebijakan yang diterapkan penguasa di negeri ini. Jika PLN merugi, maka akan berimbas pada rakyat yang membutuhkan penerangan dari PLN. Kalau sudah seperti ini bagaimana bisa rakyat menaruh kepercayaan pada penguasa?

Faktanya sistem kapitalisme menambah untaian panjang betapa hidup di dalam sistem dzolim begitu menyengsarakan. Negara bukan lagi melayani kepentingan rakyat, namun melayani kepentingan asing .

Aset-aset negara diperjualbelikan dengan mudah atas nama investasi dan utang. Lagi – lagi rakyat yang menjadi tumbal dari rezim dzolim kapitalis. Kapitalis rakus dan penguasa yang ogah urus negara membuat rakyat jauh dari menikmati yang namanya kesejahteraan.

Islam mengartikan sebuah negara tidak hanya berkutat seputar politik kekuasaan. sebagaimana yang terjadi dalam demokrasi.

Dalam Islam, negara adalah khodimatul ummat (pelayannya umat). Ia ada untuk mengurusi kepentingan rakyat serta memenuhi hajat hidup rakyat.

Konsep bernegara ala kapitalis sangat bertolak belakang dengan Islam. Bila kapitalis mengabaikan kesejahteraan, maka Islam justru sangat memperhatikan kesejahteraan hidup masyarakat. Bila kapitalis berdasarkan keuntungan, justru islam memberikan pelayanan rakyat secara maksimal.

Oleh karena itu , untuk menyelesaikan masalah yang terus terjadi khususnya di tubuh PLN sendiri adalah dengan cara menghentikan liberalisasi energi dan mengembalikan seluruhnya ke tangan negara sebagai pengelola utama.

Listrik harus dikelola badan milik negara yang statusnya adalah institusi pelayanan, bukan dijadikan sebagai institusi bisnis.

Dari kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah ruah bukan menjadi urusan rumit untuk negara mengelola listrik.

Sungguh, Islam adalah solusi pas untuk kondisi Indonesia dan penjuru dunia yang sedang kacau. Sebagai contoh, bukti majunya peradaban Islam ialah pada masa Khilafah Bani Umayyah, Cordoba menjadi ibu kota Andalusia, pada malam harinya diterangi dengan lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Ada sebuah masjid dengan 4.700 buah lampu yang menerangi, yang setiap tahunnya menghabiskan 24.000 liter minyak.

Masya Allah…

Bisa dibayangkan betapa sejahteranya hidup dalam naungan islam, untuk penerangan fasilitas pelayanan umum saja begitu luar biasa negara memberikan perhatian, apalagi dengan rumah per rumah rakyat, sudah pasti menjadi prioritas utama khalifah.

Jadi mau sampai kapan bertahan dengan sistem kapitalisme yang jelas merusak tatanan kehidupan masyarakat? Sungguh hanya islam saja lah solusi terindah. Ini tentu akan mewujudkan kesejahteraan yang diinginkan bagi setiap manusia. (**)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button