HeadlineKasus & PeristiwaNusantaraOKISumsel

Sisi Lain Desa Kuala Dua Belas, yang Viral Akibat Styrofoam Box, Mulai Penghasilan Puluhan Juta Rupiah Hingga Miliki Rumah Mewah di Jakarta

OKI – Nama Desa Kuala Dua Belas, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), mendadak viral, dan terus menjadi perbincangan di dunia netizen selama beberapa hari ini, usai video berdurasi 2 menit sejumlah anak-anak sekolah dasar (SD) desa setempat terekam menyeberangi sungai menggunakan Styrofoam box, sebuah kotak untuk tempat menyimpan makanan atau tangkapan hasil laut, yang terbuat dari busa/gabus, tersebar di dunia maya.

Terlihat dalam video yang direkam dari kamera ponsel orang dewasa tersebut memviralkan tiga anak laki-laki berseragam sekolah dasar (SD) sedang menyeberangi sungai dengan Styrofoam. Video itu diposting ulang jutaan kali oleh warga net, bahkan mendapat komentar oleh politikus nasional dan mantan pejabat negara.

Namun dibalik video viral tersebut, siapa sangka Desa Kuala Dua Belas dihuni oleh warga yang berpenghasilan puluhan juta bahkan ada yang memiliki rumah mewah di Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta.

Kisah itu diceritakan Jemi, Camat Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir. Pria ini tahu betul kehidupan warga sekitar. Wajar saja dia sudah bertugas  di wilayah pesisir timur OKI, Sumatera Selatan ini sejak 18 tahun lalu.

“Saya diangkat tahun 1993 langsung ditempatkan di Pantai Timur ini, sehingga tahu betul kehidupan masyarakatnya,” ujarnya, ketika dihubungi Sabtu, (25/9) malam.

Desa Kuala Dua Belas, dijelaskan Camat Tulung Delapan ini memiliki luas 11.000 Ha dan dihuni oleh 450 an Kepala Keluarga. Jumlah penduduknya mencapai 1.076 orang. Penduduk desa tersebar di beberapa dusun sepanjang muara laut Selat Bangka itu. Penduduk dari desa ini terdiri dari beragam suku. Bugis, Jawa dan di dominasi penduduk lokal.

“Mereka rukun berdampingan, tidak pernah ada perselisihan meski beragam suku,” terang Jemi.

Mata pencaharian utama penduduk di sini, dia lanjutkan, 40 persennya berprofesi sebagai nelayan, 50 persen petambak udang windu, dan sekitar 10 persen pembudidaya burung walet.

“Secara ekonomi mereka berkecukupan, meski hidup sederhana di desa,” tukas Jemi.

Diceritakan Jemi lagi, bahwa kehidupan warga di desa ini sangat berdampingan dengan alam. Mereka melaut di Selat Bangka untuk mencari ikan duri atau  disebut warga sekitar baung laut. Ikan tersebut disalai atau diasap sebelum dijual kepada pengepul yang datang ke desa.

“Harganya sekitar Rp 45.000 per kg  itu sudah di salai (ikan asap),” terang dia.

Sementara hasil tambak udang Windu mereka bawa ke Rawa Jitu di Lampung, ke Palembang, bahkan ke Muara Angke Jakarta.

“Udang Windu itu kalau di Palembang kelas reguler harganya sekitar Rp 62.000 per kg, kalau Black Tiger bisa mencapai Rp 70.000 per kg,” ujar Jemi.

Untuk penghasilan dari budi daya walet, Warga menjual sarang burung tersebut di Palembang. Harganya puluhan juta rupiah per kilogram.

“Sarang burung walet itu tau sendiri ya, harganya sekitar 8 sampai 10 juta per kilo. Jualnya di Jalan Veteran Palembang,” terangnya lagi.

Meski berpenghasilan puluhan juta rupiah, tambah Jemi, masyarakat Kuala 12 hidup dengan sederhana.

“Memang harga sembako mahal di sini, karena belinya jauh di daratan,” pungkasnya.

Untuk berbelanja, terang jemi masyarakat setempat harus pergi ke Kalangan (pasar selang) di Sungai Lumpur, dan Tulung Selapan.

“Kalau belanjanya banyak mereka ke Muara Angke,” ujarnya.

Sekolahkan Anak di Kota Besar

Meski berada di pesisir dan jauh dari keramaian, warga Kuala 12 tidak ingin anak-anak mereka terbelakang dan tak mengenyam Pendidikan. Oleh karena itu mereka mengirim anak-anaknya untuk bersekolah dan kuliah di kota-kota besar seperti Palembang dan Jakarta.

Untuk menyekolahkan anaknya ini mereka membeli atau menyewa rumah di kota-kota tersebut.

“Kalau di Palembang sekitaran kampus di daerah Plaju, kalau di Jakarta sekitar Pantai Indah Kapuk, ada juga di kota-kota lain seperti Bandung dan Yogyakarta,” ujar Jemi.

Video Viral Bikin Resah Warga

Diutarakan Jemi, warga Desa Kuala 12 dibuat resah oleh video yang viral di media sosial beberapa hari terakhir. Warga merasa terusik ketenangannya.

Adapun perekam video tersebut bukan penduduk setempat. Dia adalah pendatang yang sedang cari nafkah di desa tersebut.

“Teknisi alat berat asalnya dari Lampung, bekerja lahan tambak milik warga. Dia belum tahu kebiasaan-kebiasaan warga. Anak-anak di sini sudah terbiasa dengan air. Bahkan mereka mampu menyeberangi sungai selebar 120 meter ini dengan berenang,” tutur Jemi.

Dia berharap warga bisa menahan diri. Untuk itu, Sabtu (24/9) malam dia bersama Kapolsek, Danramil Tulung Selapan menginap di Desa Kuala Dua Belas untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dia juga mengimbau orang tua siswa tak lagi membiarkan anak-anak menyeberangi sungai dengan styrofoam.

Jemi berharap, setelah kehebohan ini warga bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Menjalani hidup mereka yang mesra dengan alam.(*)

Editor : Donni

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button