Sepuluh Tahun Berdiri, SMP 4 Lubai Hanya Miliki Dua Lokal Kelas Belajar

Sumateranews.co.id, MUARA ENIM – Miris, ditengah gencar-gencarnya pemerintah menggenjot dunia pendidikan dengan sejumlah program untuk kemajuan pendidikan dan anggaran yang cukup tinggi minimal 20 persen dari APBN dan APBD, dibandingkan sector lain. Ternyata, masih ada sekolah yang sarana dan prasarana untuk aktifitas belajar mengajarnya terbatas dan jauh dikatakan layak.
Seperti sekolah SMP Negeri 4 Lubai, yang terletak di wilayah perbatasan desa Tanjung Kemala Lubai Muara Enim dengan desa Tanggai Kecamatan Rambang Kuang, Ogan Ilir (OI) ini sejak berdiri tahun 2007 lalu sampai saat ini hanya memiliki 2 lokal kelas belajar. Akibatnya, para siswa sebagian terpaksa menggunakan ruang perpustakaan dan ruang guru (dulunya ruang kantor sekolahan) untuk melaksanakan aktifitas belajarnya.
“itu pun baru dua tahun inilah, sejak dibangun 2014 lalu aktifitas belajarnya memakai ruang perpustakaan dan ruang guru. Sebelumnya kita masih menumpang di SD Negeri 8 di desa Tanjung Kemala,” ucap Fir’ardi, salah satu guru di sekolah tersebut, ditemui sumateranews.co.id, Kamis siang (14/09).
Tak hanya itu, dia juga mengatakan di sekolah SMPN 4 Lubai belum memiliki instalasi listrik sendiri. “Jadi kalau mau ngeprint atau mengerjakan tugas kantor tepaksa numpang di kantor SD 8 Tanjung Kemala,” keluh Wakil Kepala Sekolah yang tak lama lagi akan pindah bertugas di sekolah lain ini.
Disamping minim fasilitas, sekolahan itu juga sambung Fil’ardi, kekurangan tenaga pengajar. “Saat ini kita hanya miliki 3 guru PNS termasuk Kepala sekolah, dan 10 tenaga honorer guru dan TU. Sementara jumlah siswa keseluruhannya total 128 siswa, masih sedikit karena memang kita setiap menerima siswa baru tak lebih dari 2 lokal,” jelas dia.
Keluhan sama juga disampaikan Zulfikri, guru lain. Menurut dia, selain memiliki lahan terbatas sekolah yang dulunya bernama SMP Negeri 6 ini juga kerap dilanda banjir setiap memasuki musim hujan. “Langganan banjir, tapi aktifitas belajar tetap seperti biasa tidak ada libur kalau lagi banjir. Kondisi ini sudah sering kita sampaikan dan diusulkan melalui Disdik Muara Enim, namun belum ada tanggapan sampai sekarang,” sebut Zulfikri.
Zulfikri menuturkan, baru dua tahun belakangan ini aktifitas belajar mengajarnya dilaksanakan pagi hari. “Sebelumnya belajarnya sore hari, waktu masih kekurangan local,” tukasnya.
Laporan : Abdullah Donni
Posting : Andre