Sumateranews.co.id, LAHAT- PT Bukit Asam Tbk (PTBA), anggota Holding BUMN Industri Pertambangan PT Inalum (Persero), menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan untuk Tahun Buku 2017 pada, Rabu (11/04). Dalam RUPS tersebut PTBA membagikan dividen sebesar Rp 3,35 Triliun atau Rp 318,521 per lembar saham untuk tahun buku 2017. Jumlah dividen tunai yang dibagikan merupakan 75 persen dari total laba bersih perusahaan tahun 2017 sebesar Rp 4,47 Triliun.
RUPS Tahunan PTBA juga menyetujui perubahan anggaran dasar perseroan yang meliputi hak pemegang saham seri A dwiwarna, pengangkatan dan pemberhentian Direksi, tugas serta wewenang Direksi, pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris, dan penggunaan laba. Perubahan anggaran dasar sesuai dengan surat yang diajukan dari PT Inalum (Persero) dan Kementerian BUMN. Perubahan anggaran dasar ini disetujui oleh 90,53 persen pemegang saham.
Selain itu, hasil RUPS juga menyatakan adanya perubahan pengurus Perseroan. Dalam RUPS Tahunan ini mengangkat Mega Satria sebagai Direktur Keuangan menggantikan Orias Petrus Moedak. Sementara itu, Orias Petrus Moedak diangkat menjadi Direktur Keuangan Induk Holding BUMN Industri Pertambangan PT Inalum (Persero).
Pada Tahun Buku 2017, PTBA mencatatkan laba usaha sebesar Rp 5,89 Triliun, 233 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp 2,53 Triliun. Sementara itu, laba bersih perusahaan mencapai Rp 4,47 Triliun atau 223 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp 2,00 Triliun. Tingkat Perolehan Laba Bersih atau Net Profit Margin tahun 2017 sebesar 23 persen.
Volume penjualan batubara pada tahun 2017 ini mencapai 23,63 juta ton meningkat 14 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp 20,75 juta ton. Sebanyakk 61 persen penjualan batubara PTBA untuk pasar domestik dan 39 persen untuk ekspor. Peningkatan volume penjualan ini mampu mendongkrak pendapatan PTBA sebesar 38 persen menjadi Rp 19,47 Triliun dari periode sebelumnya sebesar Rp 14,05 Triliun. Peningkatan pendapatan ini merupakan hasil dari penjualan batubara low to medium calorie di tengah membaiknya harga batubara dunia.
Naiknya volume penjualan batubara PTBA didukung dengan naiknya produksi batubara 2017 sebesar 24,25 juta ton, meningkat 24 persen dari periode sebelumnya sebesar 19,62 juta ton. Sementara itu, angkutan batubara oleh PT Kereta Api Indonesia dari lokasi tambang menuju pelabuhan pengiriman tercatat mengalami kenaikan pada 2017 ini menjadi 21,36 juta ton dari Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin mengatakan bahwa pencapaian kinerja ini tak lepas dari upaya perusahaan dalam merumuskan strategi yang efektif dan menerapkan efisiensi.
Kinerja saham PTBA sepanjang 2017 pun tercatat membaik. Pada pembukaan perdagangan tahun 2017 tercatat saham PTBA sebesar Rp 12.475, per lembar saham dan pada penutupan perdagangan tanggal 13 Desember 2017, harga saham PTBA tercatat Rp 11.200.
Menjelang akhir tahun 2017, PTBA melakukan aksi korporasi yaitu pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5. Sehingga pada pembukaan perdagangan pada 14 Desember 2017, harga saham PTBA menjadi Rp 2.240,- per lembar saham. Sementara, pada penutupan perdagangan pada 29 Desember 2017, tercatat harga saham PTBA Rp 2.460,- per lembar saham.
Pada tahun 2018, PTBA menargetkan meningkatkan penjualan batubara menjadi sebesar 25,88 juta ton, dengan komposisi 53 persen atau 13,74 juta ton untuk pasar domestik dan 47 persen atau 12,15 juta ton untuk pasar ekspor. Peningkatan target ini ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batubara medium to high calorie ke premium market seiring dengan membaiknya harga batubara dan kenaikan permintaan batubara.
Selain itu, rencana penjualan ekspor batubara medium to high calorie sebagai upaya PTBA dalam mengompensasi aturan harga batubara DMO (Domestic Market Obligation). Menurut Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin, harga DMO tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kinerja perseroan.
Kenaikan target penjualan ini diikuti pula dengan kenaikan target produksi batubara. PTBA menargetkan produksi batubara sebesar 25,54 juta ton atau naik 17 persen dari rencana tahun sebelumnya sebesar 21,92 juta ton.
Untuk mendukung target penjualan, PTBA juga menargetkan angkutan batubara dari lokasi tambang sebesar 23,10 juta ton, masing-masing 19,40 juta ton ke Pelabuhan Tarahan, Lampung dan 3,70 juta ton ke Dermaga Kertapati, Palembang. Jumlah angkutan batubara ini telah meningkat 13 persen dari target tahun 2017 sebesar 20,50 juta ton.
Pada tahun 2018 ini. PTBA juga terus melakukan pengembangan usaha diversifikasi batubara, salah satunya adalah PLTU Mulut Tambang Sumsel 8. Dengan telah ditandatanganinya amandemen Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN pada Oktober 2017, konstruksi PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 akan dimulai pada pertengahan tahun 2018 ini. Selain itu, PTBA juga merencanakan investasi pada 2018 ini sebesar Rp 6,55 Triliun, yang terdiri dari Rp 1,43 Triliun untuk investasi rutin dan Rp 5,12 Triliun untuk investasi pengembangan.
Sejak akhir November 2017 lalu, PTBA bersama dengan PT Antam Tbk dan PT Timah Tbk bergabung dalam Holding BUMN Industri Pertambangan dengan induk holding PT Inalum (Persero). Dengan adanya Holding Pertambangan ini, sebanyak 65,02 persen saham PTBA dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan PT Inalum (Persero), di mana Negara Republik Indonesia memiliki 5 lembar saham seri A. Sementara 34,98 persen saham PTBA dimiliki oleh publik.
Adanya Holding BUMN Industri Pertambangan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan, pengelolaan sumber daya alam mineral dan batubara, peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi yang dilakukan.
Berbagai sinergi antarperusahaan Holding BUMN Industri Pertambangan telah disiapkan. Antara lain proyek PLTU Halmahera Timur berkapasitas 2×40 MW. Pada proyek ini PTBA akan menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik baru Feronikel milik PT Antam Tbk di Halmahera Timur, Maluku Utara. Selain itu, PTBA dan PT Inalum (Persero) akan bersinergi pada proyek PLTU Kuala Tanjung berkapasitas 2×350 MW. PLTU Kuala Tanjung ini untuk menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik ekspansi Alumunium Smelter II milik PT Inalum (Persero).
Holding BUMN Industri Pertambangan sendiri akan terus melakukan akuisisi maupun eksplorasi wilayah penambangan, integrasi, dan hilirisasi. Selain itu, Holding BUMN Industri Pertambangan menargetkan masuk dalam 500 Fortune Global Company.
Untuk optimasi pengangkutan batubara, PTBA bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengembangkan proyek angkutan batubara jalur kereta api baru. Jalur baru tersebut dari Tanjung Enim menuju Perajin dengan kapasitas angkut 10 juta ton per tahun dan Tanjung Enim menuju Srengsem dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun. Direncanakan kedua jalur tersebut dapat beroperasi pada tahun 2022.
Tak hanya itu, kerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) ini juga dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas jalur kereta yang sudah ada dengan mengembangkan double track jalur selatan dan jalur utara. Untuk jalur selatan yaitu dari Tiga Gajah – Baturaja sepanjang 1,99 km dan Baturaja– Martapura 32,34 km. Double track sepanjang 34,33 km ini ditargetkan selesai pada 2018. Sedangkan jalur Cempaka – Kotabumi sepanjang 8,16 km, selesai pekerjaan tubuh baan atau struktur pondasi jalan rel. Sementara untuk double track jalur utara dari dari Prabumulih – Lembak – Payakabung – Kertapati sejauh 78 km.
Sejalan dengan tagline Beyond Coal, PTBA telah menandatangani Head of Agreement dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical untuk mendirikan coal-to-chemical-plant di Mulut Tambang Batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Teknologi gasifikasi batubara yang digunakan, akan mengubah batubara sebagai feedstock menjadi urea dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun, DME dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun, dan polypropelene dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun. Sementara untuk Commercial Operation Date direncanakan pada November 2022.
Laporan : Idham
Editor/Posting : Imam Ghazali