KENDARI – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Kendari mencatat adanya lonjakan harga jual minyak nilam ke pasar ekspor.
Dari informasi yang diperoleh dari pelaku usaha, saat ini harga minyak nilam per kilogram dapat mencapai kisaran 600 hingga 700 ribu rupiah.
“Tentunya hal ini memberi angin segar bagi petani nilam di Sulawesi Tenggara (Sultra), terlebih ditengah kondisi melemahnya segala sektor akibat pandemi, ” kata Prayatno Ginting, Kepala Karantina Pertanian Kendari saat melakukan monitoring tindakan karantina terhadap 8 ton minyak nilam di Kendari, Jumat (2/10).
Menurut Ginting, komoditas ini akan dikirim ke Perancis melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Jawa Timur.
Masih menurut Ginting, hingga September 2020 pihaknya telah mensertifikasi sebanyak 41,6 ton minyak nilam yang dikirim ke berbagai negara melalui Surabaya.
Selaku otoritas karantina pertanian di Sultra pihaknya akan memastikan komoditas terbebas dari organisme penggangu tumbuhan dan gudang aman. Kemudian setelah melalui serangkaian tindakan karantina, diterbitkan sertifikat kesehatan antar area sebagai jaminan komoditas aman dari penyakit tumbuhan.
“Secara produksi, komoditas ekspor asal Sultra ini juga meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 5 ton saja. Apalagi ditambah harga minyak nilam meningkat tajam dari tahun tahun sebelumnya,” tuturnya lagi.
Sebagai informasi, selain dalam bentuk minyak, nilam juga di ekspor dalam bentuk daunnya. Badan Karantina Pertanian mencatat secara nasional pada tahun 2018, daun nilam diekspor sebanyak 297,7 ton dengan nilai Rp. 470 juta, tahun 2019 meningkat sebanyak 1.227 ton dengan nilai Rp. 1,3 milyar. Ditahun 2020 terjadi penurunan volume yakni baru sebanyak 591,3 ton namun dengan lonjakan harga, nilai ekonominya dapat mencapai Rp. 6,8 milyar.
Minyak Nilam atau sering dikenal secara internasional dengan Patchouli Oil merupakan salah satu jenis minyak atsiri. Minyak Nilam banyak dihasilkan di wilayah Sulawesi (Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo). Minyak nilam Indonesia sudah menjadi primadona di dunia, karena mutunya dikenal paling baik. Saat ini minyak Nilam Indonesia menguasai 90% pasar dunia.
Tidak hanya dalam bentuk minyak, dalam bentuk daun segarpun laris di pasar ekspor. Negara yang menjadi langganan ekspor minyak nilam Indonesia diantaranya Belanda, Malaysia, New Zealand, Amerika, Italia dan Jepang. Sementara yang menjadi langganan ekspor daun nilam diantaranya China, India, Korea Selatan dan Arab Saudi
Dorong Nilai Tambah
Terpisah Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil menyampaikan untuk menambah nilai ekspor komoditas pertanian, baiknya para petani mengolah terlebih dahulu hasil pertaniannya. Agar petani juga merasakan keuntungannya secara ekonomis.
Jamil berharap untuk kedepan ekspor nilam ini tidak lagi berupa daun melainkan sudah berupa minyak nilam. Karena nilai ekonomisnya sangat jauh berbeda.
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang mengagas Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat komoditas (Gratieks) untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
“Olah dulu agar ada nilai tambah, untuk itu selain memberikan bimbingan teknis, Kementan juga luncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang juga bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan hilirisasi dan ekspor,” pungkas Jamil.
Laporan : Agung III Editor : Donni