Sumateranews.co.id, MUSI RAWAS- Sang kapten sekaligus pemain gelandang bertahan PS Muara Kelingi, Catur Arbianto (23) menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Dr Sobirin Kabupaten Mura di Lubuklinggau Jumat (6/4) sekitar pukul 04.00 WIB. Kepergian almarhum meninggalkan duka bagi rekan-rekan di timnya yakni Kelingi FC dan Keluarga, kerabat serta Temannya.
Almarhum Catur Arbianto meninggal dunia diduga bagian perut sebelah kanannya mengalami benturan saat tim yang dibelanya itu berlaga dengan PS Tiang Pungpung Kepungut (TPK) di ajang Piala Bupati Kabupaten Mura 2018 pada Rabu (4/4) sore pukul 16.00 WIB.
Jenazah anak bungsu dari empat bersaudara itu dikebumikan, sebelum Sholat Jumat telah dihantarkan dari rumah duka oleh keluarga, rekan serta kerabatnya ke tempat pemakaman terakhir di Taman Makam Mataram Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas.
Almarhum usai mengalami benturan hebat di babak terakhir di penghujung akhir pertandingan dan langsung ditandu dari tengah lapangan oleh tim medis dalam laga PS Muara Kelingi vs PS TPK di Lapangan Sepak Bola Merdeka B Srikaton, Kecamatan Tugumulyo. Catur yang memakai nomor punggung 14 itu diangkut menggunakan mobil ambulance menuju Puskesmas C Nawangsasi, skor akhir pertandingan saat itu 3-3.
Kemudian, sempat mendapatkan perawatan di Puskesmas C Nawangsasi, hari itu juga Catur pulang ke rumah. Diantar naik mobil ambulance ke rumahnya di Desa G1 Mataram, Kecamatan Tugumulyo. Sampai di rumah, Catur digotong orang tiga turun dari mobil ambulance.
“Kalau duduk, sakit perutnya,” kata Ayah almarhum, Madio (61) menceritakan kondisi Catur pada saat itu di rumah, Jumat, 6/4.
Lebih lanjut, Madio mengaku, dirinya saat kejadian yang dialami anaknya tersebut tengah berada di sawah. Dan sepulang dari sawah sekitar pukul 06.00 WIB, memang dia melihat mobil ambulance melintas di depan rumahnya. Dan dirumahnya itu, datang seseorang yang merupakan teman Catur.
“Dia ngasih tahu, ada kejadian saat pertandingan bola tadi. Tapi tidak detail. Belum berani ngomong mungkin. Jadi saya anggap biasa saja,” katanya.
Kemudian, setelah Catur diantar pulang ke rumah dari Puskesmas C Nawangsari, barulah temannya itu menceritakan kejadian yang menimpa anaknya itu. Namun setelah beristirahat di rumah, Catur kembali mengeluh mengenai kondisi perutnya itu. “Saya panggil mantri malam itu. Terus dikasih obat,” ujarnya.
Selang beberapa jam, dini harinya sekitar pukul 02.00 WIB, Catur kembali mengeluhkan perutnya sakit. Lantas sang Ayah malam dini hari itu juga membawanya ke klinik H Wukitsari. Namun hingga sampai dengan pagi hari, Dokternya belum juga datang. Sehingga pagi pukul 10.00 WIB, dibawa ke RS Dr Sobirin Kabupaten Mura di Lubuklinggau untuk dirawat secara intensif.
“Dia sempat mau melepas selang infus dan oksigen. Terus saya tahan,” cetus Ayah almarhum.
Kemudian sekitar pukul 04.00 WIB, almarhum menghembuskan nafas terakhir. Dan sempat menyampaikan pesan kepada ayahnya jika almarhum kapok bermain bola lagi. “Dia sempat malam itu ngomong kepada saya, berpesan dengan saya. Katanya kapok main bola lagi. Itu pesan dia sama saya. Pokoknya dia ngomong kapok main bola lagi,” tuturnya.
Diceritakan sang Ayah, bahwa almarhum memang sejak SMP menyukai olahraga sepak bola dan sudah berlatih. Bahkan sang Paman dan Ayah dari almarhum juga merupakan pemain bola. Dan almarhum kelahiran 26 Agustus 1996 masih berkuliah di Universitas Bengkulu semester enam, jurusan Penjas merupakan fans berat club Real Madrid. Diketahui pula, almarhum aktif di PS Bengkulu.
“Dia anak laki satu-satunya. Kalau kakak-kakaknya perempuan semua, kejadian yang dialami anaknya itu sudah terjadi. Dan tidak bisa ditarik mundur lagi. “Sudah terlanjut, mau gimana lagi,” ujarnya.
Bupati Kabupaten Mura, Hendra Gunawan beserta sejumlah jajaran kepengurusan PSSI Kabupaten Mura menyambangi rumah duka sebagai bentuk rasa tanggung jawab sekaligus mengucapkan duka cita yang mendalam. Almarhum merupakan aset sebagai pemain sepak bola Kabupaten Mura.
Paman almarhum yakni Budio mengaku dirinya kehilangan sosok almarhum. Sebagaimana dikatakannya bahwa memang keluarga besarnya mulai kakak dan adik hobi dengan sepak bola. Dan berharap dengan kejadian ini agar pemain-pemain muda di lapangan dapat bermain dengan baik dan sportif.
“Jangan menggunakan cara bermain yang dapat membahayakan pemain lain,” ujarnya.
Kehilangan dan duka mendalam juga dirasakan Presiden PS Muara Kelingi yakni Firdaus. Dikatakannya, kejadian ini merupakan pembelajaran untuk kedepan agar lebih berhati-hati lagi dalam penertiban permainan.
“Kami dalam hal ini sangat berduka atas berpulangnya putra terbaik dan aset Kabupaten Mura,” kata Firdaus.
Sama halnya diungkapkan Asisten Manajer PS Muara Kelingi yakni Refi Efriansyah. “Kami kehilangan sang kapten yang dapat mengkondisikan teman-temannya ketika dilapangan. Skill nya bagus, memberikan umpan teroboosan ke pemain depan. Dia juga aktif di PS Bengkulu. Jadi memang aset Kabupaten Mura,” timpalnya.
Selain itu, dirinya berharap kejadian yang dialami almarhum agar tidak terjadi untuk kali kedua. “Harapan kami pihak panitia lebih jeli dalam menggunakan wasit yang bertugas, karena kuncinya di sana. Kalau wasit jeli, itu bisa mengurangi resiko-resiko,” tandasnya.
Laporan : Donna April
Editor/Posting : Imam Ghazali