EkonomiHeadlinePasar & UMKMPrabumulihSumsel

Lewat ‘Sentuhan Tangan’ Raden Mas Prabu, Ubah Limbah Daun Nanas jadi Produk Tenun Bernilai Jual Global

Program CSR PT Pertamina EP Prabumulih Field

“Berawal dari Program Penyelamatan Lingkungan dan memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, PT Pertamina EP Prabumulih Field yang tergabung dalam Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Rokan Regional Sumatera Zona 4 terus mendorong pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sekitar wilayah operasinya. Salah satunya, dengan membina dan membantu dua kelompok usaha dan pengrajin tenun serat daun nanas, yakni Kelompok Tani Tunas Jaya dan Rumah Busana Riady. Melalui program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Nanas Prabumulih (Raden Mas Prabu), kedua kelompok mitra binaan PEP Prabumulih Field ini terus berupaya mengoptimalkan pertanian nanas zero waste dari hulu sampai hilir, dengan mengolah limbah daun nanas menjadi produk kerajinan tenun yang berkelas dan bernilai jual global”.

— Donni —

PRABUMULIH – BUAH NANAS merupakan salah satu komoditi yang terkenal di kota Prabumulih, sehingga menjadi ikon kota semenjak resmi menjadi Pemerintah kota Prabumulih berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001 tertanggal 21 Juni 2001. Bahkan, mengutip laman hortikultura.pertanian.go.id, nanas asal Bumi Seinggok Sepemunyian ini disebut sebagai nanas termanis di Indonesia. Rasa manisnya juga unik dengan 13 brix (tingkat kemanisan).

Sempat mengalami kejayaan dan menjadi produsen terbesar di Indonesia pada era tahun 1970-an, membuat budidaya nanas di Prabumulih saat itu sangat menjanjikan. Hasil panen yang melimpah membuat nanas tidak hanya dijual di Sumatera tetapi juga hingga ke Pulau Jawa. Sayangnya pada tahun 1980, budidaya karet menjadi favorit petani di Prabumulih karena harga jual getah karet dianggap lebih menjanjikan dan mahal dibandingkan dengan harga nanas. Pada akhirnya, nanas hanya dijadikan sebagai tanaman sela/pendamping tanaman karet sehingga hasil panen nanas menurun drastis. Hingga memasuki tahun 2010, nanas Prabumulih sudah jarang terdengar lagi gaungnya, bahkan kalah dengan nanas Lampung.

Barulah pada tahun 2020-an, nama buah nanas asal kota ketiga terbesar di provinsi Sumatera Selatan ini mulai kembali dikenal, bahkan hingga ke luar negeri seperti Singapore, Taiwan, dan Malaysia. Usai dilirik dan dibantu PT Pertamina EP (PEP) Prabumulih Field dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pengrajin Serat Daun Nanas yang dikelola Kelompok Tani Tunas Jaya asal kelurahan Patih Galung, kecamatan Prabumulih Barat.

Melalui program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Nanas Prabumulih (Raden Mas Prabu), yang merupakan manifestasi dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PEP Prabumulih Field, akhirnya mampu mendorong Kelompok Tani Tunas Jaya, yang diketuai Fitriyanti lebih berkembang dan mengubah limbah daun nanas yang selama ini dibuang atau dibakar sehingga mencemari udara dan mengakibatkan meningkatnya emisi karbon dioksida (C02), kini menjadi produk yang bernilai jual global.

“Awalnya program Penyelamatan Lingkungan dengan meminalisir dampak daun nanas yang selama ini dibuang dan dibakar setiap usai panen, sehingga menimbulkan emisi karbon. Selain mampu mengeliminir dampak lingkungan dan menurunkan emisi karbon, program Raden Mas Prabu ini juga bisa mendorong peningkatan ekonomi kreatif kerakyatan,” ungkap Hengky Rosadi, Comdev Officer Prabumulih Field, ketika dibincangi disela-sela kegiatannya mengunjungi Sentra Tenun Serat Daun Nanas ‘Rumah Busana Riady’ bersama Officer Comrel & CID, Nursela dan sejumlah staf PRO LMU, serta puluhan awak media lainnya di Perumahan cendrawasih, kelurahan Gunung Ibul, kecamatan Prabumulih Timur, kota Prabumulih, Senin sore (30/10/2023).

Caption Foto : Hengky Rosadi, ketika mendampingi KEtua Kelompok Sentra Tenun Serat Daun Nanas ‘Rumah Busana Riady’, Rita Mulyadi, menerima kunjungan puluhan awak media di kediamannya, di Perumahan cendrawasih, kelurahan Gunung Ibul, kecamatan Prabumulih Timur, kota Prabumulih, Senin sore (30/10/2023).

 

Hengky menuturkan, Pertamina EP Prabumulih Field sengaja mengangkat ikon Prabumulih, nanas dalam program Raden Mas Prabu. Tak hanya mengembangkan program serat nanas dari hulu saja, pihaknya juga, ia katakan, telah melanjutkan pengembangan serat daun nanas hingga ke hilir. Bahkan, untuk hasil produk dua kelompok usaha dan pengrajin tenun serat daun nanas saat ini sudah ekspor hingga ke luar negeri.

“Sudah masuk tahun kedua, dan untuk menyelaraskan program serat nanas di hulu, kita juga mengembangkan program hilirnya. Di hulu ada Kelompok Tunas Jaya, yang mengeskpor bahan halus serat daun nanas ke Taiwan, dan Singapore, yakni ke PT Nextepo, yang sudah jalan dari 2021 lalu. Di Tunas Jaya ini kita bantu alat mesin dekortikator (penghancur/pengekstrak serat),” ucap Hengky, menjelaskan.

Lanjut Hengky, yang dalam kegiatan itu menggenakan lapisan seragam rompi tanpa lengan berwarna merah dipadu biru keabu-abuan di bagian bawahnya dengan tulisan Pertamina di bagian dada depan dan Pertamina Peduli pada punggung belakang bagian atas menyebutkan, melalui sentuhan program nanas hulu itulah kemudian dikembangkan untuk hilirnya. Adapun program pengembangan hilir pengelolahan serat daun nanas sejak tahun 2022 itu, di antaranya melaksanakan pelatihan dan penambahan fasilitas serta bantuan branding (baca: pemasaran/komunikasi brand ke konsumen).

Ke depan, jelas Hengky, saat disinggung soal rencana pakaian seragam kerja seluruh karyawan khususnya di lingkungan PT Pertamina EP Prabumulih Field, apakah akan menggunakan bahan tenun dari serat daun nanas atau belum, itu dia jelaskan, akan dilakukan, bahkan sudah dipesan pihaknya. “Sudah pesan dari Prabumulih Field untuk pakaian seragam karyawan, bahkan juga datang dari management hulu rokan,” ucap Hengky, seraya menambahkan, pihaknya juga telah menggenalkan hasil kerajinan tenun serat nanas kepada setiap tamu dan acara di lingkungan Pertamina.

Masih disampaikan Hengky, mesti saat ini produksi sudah normal dan mengalami peningkatan signifikan seiring terus bertambahnya suplai bahan daun nanas dari sejumlah daerah tetangga, tetapi tetap belum bisa memenuhi permintaan pasar khususnya dari luar negeri, seperti Singapura dan Taiwan.

“Sampai saat ini masih produksi sekitar 500-600 kilogram serat benang per bulannya. Sedangkan untuk pembuatan 3 kg serat benang itu butuh bahan baku daun nanas sebanyak 100 kg, jadi memang jauh sekali susutnya.

Sementara untuk pesanan dari luar, yakni Taiwan dan Singapura setiap bulannya mereka minta sedikitnya 1 ton,” urai Hengky.

Masih di lokasi yang sama, Officer Comrel & CID, Nursela menambahkan, pihak Pertamina terus melakukan pembinaan dan pengembangan berkelanjutan pada UMKM mitra binaannya, di antaranya dengan mempromosikan hasil produk UMKM mitra binaan ke pameran baik di tingkat nasional hingga kancah internasional.

Bahkan, Nursela menyebutkan, dalam waktu dekat ini pihaknya akan kembali membawa hasil-hasil produk mitra binaannya ke Forum Kapasitas Nasional (Foknas), yang digelar SKK Migas.

“Ke depan akan diikutkan ke Forum Kapasitas Nasional yang diselenggarakan oleh SKK Migas, khusus pameran produk dari mitra binaan K3S, bulan November ini,” imbuh Nursela.

Sementara, Rita Mulyadi, pengrajin sekaligus pemilik sentra tenun serat daun nanas ‘Rumah Busana Riady’, mengaku sangat terbantu dengan adanya program Raden Mas Prabu dari Pertamina EP Prabumulih Field, yang diikutinya sejak 2 tahun lalu.

Ibu 3 anak yang akrab disapa Rita ini menyebut sudah lama menjalani usaha tenun songket dan baju dari sejak 2019 lalu. Awalnya, ia katakan, ketertarikannya menekuni kerajinan usaha tenun songket dan kain, saat pertama kali mengikuti pelatihan yang digelar Pemerintah kota Prabumulih. Dari situlah, dirinya dibantu anaknya mulai mencoba dan membuka toko butik di rumahnya, yang beralamat di Perumahan cendrawasih, kelurahan Gunung Ibul, kecamatan Prabumulih Timur, kota Prabumulih.

Sempat mengalami pasang surut, apalagi dihantam Pandemic Covid-19, membuat usahanya kian vakum, dan barulah setelah ada program lanjutan (hilir), dari program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Nanas Prabumulih atau disingkat Raden Mas Prabu dari Pertamina EP Prabumulih Field, dirinya mulai bangkit dan membuka Rumah Busana Riady khusus tenun dari serat daun nanas.

“Jadi sentra tenun serat daun nanas rumah busana riady ini merupakan cabang, dan Alhamdulillah, mulai terus berkembang setelah dibantu program CSR Pertamina EP Prabumulih Field,” ucap Rita, mengenang perjuangannya dalam mengelola usaha tenun serat daun nanas tersebut, ketika dibincangi sejumlah awak media, di Rumah Busana Riady, miliknya.

Dari program ‘Raden Mas Prabu’ itu juga, sambung Rita, rumah busana miliknya, kini telah memperkerjakan sebanyak 8 pegawai, seiring terus bertambahnya pemesanan bahan kain dan tenun songket dari serat daun nanas. Mesti tidak semuanya menetap bekerja (menenun, red) di rumahnya, namun para pegawai yang semuanya mayoritas adalah ibu rumah tangga ini, masih tetap produktif dan bekerja normal setiap harinya. Bahkan, dalam 1 hari, ada yang menghasilkan tenunan sepanjang 2 meter.

“Ada 8 pegawai, tetapi ada yang bekerja di rumah, dari pada tidak produksi jadi sebagian membawa alat tenun ini ke rumah, ya sekalian mereka bisa mengurusi suami, anak di rumah,” tandas pemilik Rumah Busana Riady ini.

Masih menurut dia, di rumah busana miliknya, kini tak hanya memproduksi bahan mentah atau berbentuk kain tenun songket berbahan serat daun nanas dengan beragam pilihan motif dan warna, tetapi juga melayani beragam pesanan baju tenun dari serat daun nanas dengan design fesyen elegan dan berkualitas. Untuk motif tenun itu sendiri, lanjut Rita, saat ini sudah ia patenkan dengan jenis motif garis-garis, ana’an, dan banding 3 dan 4. Sementara untuk bahan pewarna pada benang serat daun nanas, kembali dikatakan Rita, masih banyak menggunakan dari getah gambir.

Untuk harga per kain yang ia jual, lanjut Rita, tergantung pesanan dan ukuran yang dikehendaki pengorder (pemesan). Mulai dari harga Rp250 ribu per meter sampai jutaan.

“Kalau untuk bahan kain tenun dijual 250 ribu per meternya, dan untuk yang sudah di design jadi baju bervariatif harganya dari mulai 400 ribuan, 600 sampai jutaan tergantung bentuk, ukuran dan motif baju dari pemesan,” terang Rita, kepada awak media.

Berkat ‘sentuhan tangan’ Raden Mas Prabu Pertamina EP Prabumulih Field ini juga, tambah Rita, penjualan hasil produknya kini terus meningkat dan sudah banyak dikenal, tidak hanya di dalam wilayah Prabumulih saja, akan tetapi juga di luar Prabumulih. Bahkan, sudah sampai di Malaysia.

Kondisi itu, jelasnya, karena tidak terlepas dari program keberlanjutan mulai dari bantuan sampai pelatihan yang diberikan Pertamina EP Prabumulih Field selama ini. Bahkan, baru-baru ini ia sebutkan, Rumah Busana Riady miliknya kembali mendapat bantuan dari PT Pertamina EP (PEP) Prabumulih Field berupa alat produksi berbentuk Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan mesin jahit.

“Bantuan alat produksi itu diserahkan langsung oleh Ibu Tuti Dwi Patmayanti bersama pejabat Pertamina lainnya,” jelas ketua kelompok penenun serat daun nanas pertama di Prabumulih ini.

Kondisi serupa juga dsampaikan Fitriyanti, Ketua Kelompok Tani Tunas Jaya asal kelurahan Patih Galung kecamatan Prabumulih Barat, saat dibincangi media online sumateranews.co.id, belum lama ini. Dari awal coba-coba mengelola limbah daun nanas, usai menerima bantuan alat mesin dekortikator (penghancur/pengekstrak serat) dari pemerintah daerah dan Pertamina EP Prabumulih Field melalui program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Nanas Prabumulih (Raden Mas Prabu), akhirnya berhasil mendaur ulang limbah daun nanas menjadi serat nanas.

“Belajar otodidak, tidak ada yang mengajari. bapak yang awal-awalnya belajar, setelah mendapatkan bantuan mesin itu, sekitar pertengahan tahun 2020 an. Masih dikerjakan satu rumah, barulah tahun 2021 terbentulah Kelompok Tani Tunas Jaya, yang focus olahan serat nanas,” ungkap wanita yang akrab disapa Fitri ini, kepada media ini.

Dikatakannya, dari usaha tersebut, pihaknya kini sudah bisa memproduksi mesin dekortikator sendiri, sehingga mampu memproduksi sebanyak 300 kilogram untuk 1 mesin per hari. “Kalau untuk 1 bulan bisa produksi 600 kilogram, dan sudah ekspor ke Taiwan dan Singapore,” ucap Fitri.

Sebelumnya, Head of Communication Relations & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti mengatakan, melalui program Pemberdayaan Masyarakat dengan Pemanfaatan Serat Nanas Prabumulih (Raden Mas Prabu), Pertamina EP Prabumulih Field terus mendorong produk lokal bisa bernilai jual global. Selain itu, program Raden Mas Prabu juga mendorong penurunan emisi karbon dioksida (CO2) akibat dari pembakaran daun nanas pasca panen.

“Terdapat dua kelompok utama yang terlibat dalam program ini, yakni Kelompok Tani Tunas Jaya (hulu) dan Kelompok Tenun Serat Nanas Riady (hilir). Program ini juga merupakan manifestasi dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PEP Prabumulih Field dalam mendorong produk lokal bernilai jual global. Selain itu, program Raden Mas Prabu juga mendorong penurunan emisi karbon dioksida (CO2) akibat dari pembakaran daun nanas pasca panen,” terang Tuti Dwi Patmayanti, disela-sela acara menyerahkan bantuan kepada Kelompok tenun serat nanas ‘Rumah Busana Riady’.

Senada juga disampaikan Asst. Manager Gas Prod. Opr. Prabumulih Field, Adam S. Nasution, yang saat itu ikut hadir menyerahkan bantuan mengatakan, bahwa bantuan tersebut adalah sebagai bentuk dukungan dari PEP Prabumulih Field terhadap mitra binaan perusahaan dan merupakan upaya untuk terus memajukan produk lokal di Prabumulih.

“Tak hanya itu, kelompok Tenun Serat Nanas Riady akan diproyeksikan sebagai kelompok percontohan tenun serat nanas di Prabumulih, mengingat nanas adalah ikon kota ini,” kata Adam, saat itu. (**)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button