OpiniSecond HeadlineSuara Hati

Lawak-Lawak & Hiburan di DPR RI Boleh Juga untuk Meredakan Ketegangan

Oleh : Jacob Ereste

Sebagai warga masyarakat kebanyakan, saya pun merasakan betapa capeknya mendengar dan menyaksikan kegaduhan di negeri ini. Jadi sungguh bisalah sedikit terhibur dengan acara lomba kritik yang diadakan DPR RI, agar bisa tetap mengingat banyak hal yang  sebetulnya tidak perlu dianggap terlalu serius untuk ditanggapi. Persis seperti acara lomba stand up conedy  yang diadakan DPR RI 10 September 2019 di selasar Rumah Rakyat, Nusantara lll Senayan, Jakarta.

Yang jadi terasa sembelit, justru Bang Soet (Bambang Soesatyo) sang Ketua Dewan yang terhormat itu mengklaim serius bahwa sejak saat itu DPR RI telah menjadi parlemen terbuka, karena siapapun seakan baru bisa untuk menyampaikan kritik kepada para wakil rakyat tanpa merasa takut.

Lha, kalau begitu makna politiknya, Bang Soet sendiri sedang mengkritik DPR RI periode sebelumnya yang angkuh dan anti kritik. Lebih dari itu yang terkesan kurang ikhlas, Bang Soet pun mewanti-wantikan bahwa kritik yang dibutuhkan oleh DPR RI adalah kritik yang membangun, yang   meningkatkan kinerja dewan, bukan sebaliknya.

Artinya, kesan yang muncul dari wanti-wantinya itu seperti taj ikhlas. Sebab Bang Soet selaku sahibul hajat pengundang kritik dengan menampilkan para komika dalam acara stand up itu  juga menekankan agar kritik yang dialamatkan pada DPR RI janganlah yang bersifat melemahkan dan menjatuhkan bagi martabat lembaga tersebut.

“Kami di DPR tidak anti kritik atau menutup diri. Kritik membangun yang kita butuhkan, karena itu silahkan kritik dan kami akan kasih hadiah,” papar Bamsoet, sapaan akrab Ketua DPR RI itu saat membuka final lomba Stand Up Comedy ‘Kritik DPR’ di selasar Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta. (10 September 2019)

Kesan lawak-lawak dan hiburan di DPR RI antara serius dan main-main itu  dihadiri Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon dan Fahri Hamzah, serta Ketua BURT DPR RI Anthon Sihombing. Dan juri lomba yang professional — begitu klaimnya juga — antara lain Effendi Gazali, Iwel Sastra, Mo Sidik dan Abdel Achrian. Acara Lomba Stand Up Comedy itu pun juga dikatakan bagian dari rangkaian HUT ke-74 DPR RI.

Katanya sih, melalui Stand Up Comedy, DPR RI ingin mengajak masyarakat melek politik dan menyampaikan kritiknya dengan gaya zaman now. Padahal memblender politik dengan lawak-lawak jadi tetap terkesan main-main. Mana mungkin rakyat bisa diajak main-main dengan politik. Karena politik itu harus serius, apalagi mau memulainya dengan tahapan belajar politik. Karena idealnya untuk mengajak rakyat belajar politik bisa dimulai dari setiap partai politik yang intensif melakukan pelatihan kader politik misalnya seperti Partai Golkar yang sudah terbilang oke untuk banyak hal, termasuk dananya.

Sungguh benar apa yang dibuat DPR RI pasti akan sekalu menjadi perhatian publik dan publik pun akan meninilai petilaku dan konsistensi serta komitmennya bagi   rakyat. Cekaknya,  tidak semua anggota DPR RI itu paham ketika menjadi aggota dewan bahwa dirinya sedang mewakili rakyat, bukan mewakili partainya.

Doktor Effendi Gazali, yang masih mau menjadi Ketua Panitia Lomba Stand Up Comedy, juga pasang omong dengan penuh kebanggaan,  bahwa DPR RI adalah satu-satunya parlemen di dunia yang mau mengadakan lomba kritik dalam bentuk stand up comedy dan dilaksanakan di rumahnya sendiri.

Sembari mengutip literatur dari The Death of Critic, Efendi Gazali pun membumbui orasi kampanye politik komediannya bahwa kekuasaan akan mati,  namun kritik akan tetap hidup. Padahal, jika percaya bahwa kritik akan tetap selalu hidup. Lantas mengapa budaya kritik masih harus pula disangsikan dari keberadaan pada rentangan waktu sekarang ?

Semua orang juga paham bila swsungguhnya kritik itu tetap perlu dilakukan agar para pihak terkait berubah untuk kebih baik dan dapat tampil serta berperan dengan berfungsinya yang  lebih baik, apalagi untuk instansi yang mengemban amanah rakyat.

Intinya, penampilan lomba stand up comedy di DPR RI bagus-bagus saja, hanya akan lebih baik bila lomba kritik coraknya yang lebih serius, misalnya dengan menjaring semua karya tulis dari berbagai media cetak hingga online misalnya — termasuk media yang pernah diasuh Bang Soet sendiri — lalu diam-diam — memberi nilai dan hadiah, sehingga kerja profesi dari awak pers di tanah air kita dapat meningkat kualutas mutunya.

Lomba stand up comedy di DPR RI ini diikuti 85 peserta komika professional dan masyarakat umum. Babak penyisihan dilaksanakan sejak 5 September 2019, dan menyisihkan 13 peserta di babak final dengan  penampilannya yang terbaik di hadapan Pimpinan dan Anggota Dewan.

Tiga pemenang terbsik, secara berurut juara I diraih oleh Yudha Ilham dengan hadiah uang tunai sebesar Rp 25 juta. M. Aljapri sebagai Juara II mendalat hadiah uang tunai sebesar Rp 15 juta dan Juara III Oby dengan hadiah uang tunai sebesar Rp 10 juta. Sedabgkan juara favorit dengan hadiah 1 unit sepeda motor dimenangkan oleh komika asal Palu, Ical Kate yang dipilih langsung oleh Ketua DPR RI.  (sumber: dpr.go.id.

Ide kreatif Bang Soet (Bambang Soesatyo) sebetulnya bisa lebih banyak memberi manfaat untuk orang banyak, senyampang masih menjadi Ketua DPR RI dan Ketua Umum Partai Golkar umpanya mau menyelenggarakan pekatihan atau pendidikan politik misalnya, tak pula harus berasal atau menjadi anggota Partai Golkar. Sebab selama ini pendidikan politik di Indonesia nyaris tidak ada, kecuali di jurusan yang disediakan perguruan tinggi. Itu hanya sebatas teori belaka, tidak seperti stabd up comedy yang langsung berhadapan dengan masyarakat. Jadi sederhananya cuma bagaimana mengalihkan penyelenggaraan stand up comedy menjadi pelatihan dan pendidikan politik, meski modek dan gaya penyuguhannya lawak-lawak juga. Sebab gelak tawa itu bisa sejenak melupakan biaya hidup yang terus semakin berat menindih kita sehari-hari sekarang ini.

Ya, lawak-lawak dan hiburan di DPR RI boleh juga sekedar untuk meredakan ketegangan. Apalagi saatnya sekarang sedang berbarengan gairah merevisi sejumlah UU yang sangat krusial bagi buruh UU  No. 13 Tahun 2003 dan UU KPK dan UU BPJS Kesehatan yang menghebohkan, hingga banyak pihak bereaksi cukup keras. *

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button