

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
KUALITAS udara di Provinsi Sumatera Selatan pada akhir-akhir ini semakin memburuk, sehingga membuat kita perlu waspada. Banyak hal yang dapat memicu hal ini terjadi, salah satunya akibat kebakaran hutan. Kebakaran lahan atau hutan bukan lah suatu hal yang baru di Indonesia, bisa dikatakan bencana ini rutin terjadi setiap tahunnya. Salah satu provinsi di Indonesia yang rawan mengalami bencana ini yaitu Sumatera Selatan (Sumsel). Tercatat sejak Januari-Agustus 2023 ada sekitar 4.000 lebih hektare lahan basah yang terbakar. Akibatnya, kualitas udara di Sumsel semakin memburuk sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat setempat. Tidak hanya itu, kabut asap akibat kebakaran lahan juga berdampak pada peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Trisnawarman selaku Kepala Dinkes Sumsel menuturkan, ada peningkatan sebesar 4000-an kasus ISPA per minggu. Dari 31.000 kasus meningkat menjadi 35.000 kasus dalam rentang Juli-Agustus 2023 ini. Jika kita melihat kilas balik di tahun 2017 menunjukkan bahwa Sumsel termasuk provinsi yang memiliki jumlah kasus ISPA cukup tinggi sekitar 13.345 kasus (Kemenkes RI, 2017). Sementara di tahun 2018, Provinsi ini menduduki posisi ketiga kasus ISPA tertinggi sebesar 20,2% setelah Provinsi Papua. Peningkatan kasus ISPA yang terjadi di setiap tahunnya tentu menjadi catatan penting bagi kita semua.
Karakteristik pemukiman lahan basah yang berbeda dengan pemukiman lainnya, menjadi lebih rentan terjadi ISPA. Hal tersebut dikarenakan daerah lahan basah cenderung tergenang air sehingga kelembaban udara di lahan basah umumnya tinggi yang menyebabkan bakteri cenderung lebih mudah bertahan hidup, termasuk bakteri penyebab ISPA.
Hadirnya ISPA di lahan basah daerah Sumatera Selatan juga diperkuat dengan perilaku kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di lahan basah diantaranya yaitu memiliki kebiasaan membuang sampah rumah tangga tidak pada tempat yang semestinya, terdapat juga perilaku warga yang membuka lahan dengan cara dibakar atau sering disebut dengan Sonor yang berpotensi berbahaya menjadi penyebab kebakaran lahan atau hutan, kebersihan lingkungan cenderung tidak terjaga serta sikap, pengetahuan, dan aksi warga yang kurang baik dalam melestarikan keadaan kesehatan. Masalah perilaku masyarakat lahan basah di Sumatera Selatan ini sangat memungkinkan ISPA menjadi penyakit menular yang langganan terjadi.
ISPA yang menyerang masyarakat ditandai dengan timbulnya gejala batuk, pilek, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, bersin-bersin, sakit kepala, kelelahan dan disertai demam. Apabila ISPA menyerang terlalu lama dan disertai komplikasi penyakit lainnya maka dapat menyebabkan kematian. Gejala akan tampak hanya dengan 3 hari sesudah tertular oleh penderita lewat percikan air liur, inilah mengapa ISPA menjadi penyakit yang sangat mudah menular, sehingga seharusnya apabila mengalami gejala ISPA segera berkonsultasi ke layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Upaya pencegahan yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat secara mandiri yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga dengan teratur, istirahat yang cukup, konsumsi air putih yang cukup, senantiasa mencuci tangan dengan baik, menghindari kontak dengan orang sakit, menggunakan masker ketika terdapat paparan asap, debu dan saat berinteraksi dengan orang penderita ISPA.
Banyaknya jumlah penderita ISPA di Sumatera Selatan karena kejadian kebakaran lahan dan hutan, yang mengharuskan masyarakat untuk menggunakan masker dan membatasi beraktivitas di luar ruangan, tindakan pencegahan ISPA ini baru berjalan dan dilaksanakan oleh masyarakat ketika ada himbauan wajib dari pemerintah dan suasana terlihat genting seperti suasana kabut asap yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, padahal ISPA selalu terjadi di masyarakat lahan basah baik saat kebakaran atau tidak, yaitu karena kondisi lingkungan dan pemukiman yang tidak sehat atau juga perilaku tidak sehat seperti merokok. Masyarakat lahan basah baru akan pergi ke pelayanan kesehatan ketika gangguan sistem pernapasan sudah parah, dan setelah terdiagnosis ISPA keluarga maupun masyarakat sekitar tidak mewaspadai diri dengan melakukan tindakan pencegahan mandiri dari ISPA, padahal ISPA merupakan penyakit yang sangat mudah menular. Dari permasalahan perilaku masyarakat lahan basah ini perlu adanya program edukasi mengenai ISPA dengan lebih bersistem agar ISPA sebagai penyakit menular yang langganan terjadi di Lahan Basah daerah Sumatera Selatan maupun daerah lainnya dapat teratasi.
Referensi:
1. Adliyani, Z. Obella N. (2015). Pengaruh Perilaku Individu terhadap Hidup Sehat. Majority, 4(7), 109 114.
2. Adliyani, Z. O. N., Angraini, D. I., & Soleha, T. U. (2017). Pengaruh Pengetahuan, Pendidikan dan Ekonomi terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Majority Journal, 7(1), 6 13.
3. Adventus, Jaya, I. M. M., & Mahendra, D. (2019). Buku Ajar Promosi Kesehatan. In Buku Ajar Promosi Kesehatan (pp. 1 107).
4. Agung, Y. R. (2013). Meningkatkan Kesadaran Perilaku Sehat Berbasis Komunitas. Jurnal Psikoislamika, 10(2), 27-33.
5. Anggraeni, I. N. R. (2018). Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Kesehatan Lingkungan di Desa Segiguk. https://doi.org/10.31219/osf.io/gtpfu
6. Budi, Candra Setia. (2023). Warga Sumsel Disarankan Pakai Masker Jika ISPU Melebihi Angka 100!. Detiksumbagsel.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Waspada ISPA di Musim Kemarau. diakses 28 Oktober 2023. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2537/waspadaispa-di-musim-kemarau
8. Khairiyati, L., dkk. (2022). Buku Ajar Pengantar Lingkungan Lahan Basah. Yogyakarta: CV Mine.
9. Maharani, P. R. S. (2021). Gambaran Kondisi Fisik Rumah dan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas 7 Ulu Kota Palembang Tahun 2021. Politeknik Kesehatan Palembang.
10. Nurhayati, Ati Dwi, dkk. (2020). Perilaku dan persepsi masyarakat terhadap terjadinya kebakaran gambut di Ogan Komeriling Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Volume 10, Nomor 4, halaman 568-583. DOI:10.29244/jpsl.10.4.568-583.
11. Siregar, A.A., dkk. (2021). Kebakaran Lahan Basah dan Faktor Manusia Sebagai Penyebabnya. Jurnal EnviroScienteae. 17 (2). 30-39
12. Siregar., P.A. (2020). Pencegahan dan Pengendalian ISPA. Buku Saku. 1-3