HeadlinePalembangPendidikan

Kualitas PTN dan PTS Diharapkan Sejajar

Sumateranews.co.id, PALEMBANG – Dikotomi yang selama ini terjadi dunia perguruan tinggi (PT) tentunya diharapkan bisa dihilangkan, sehingga peningkatan kualitas pendidikan baik di perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) bisa sejajar.

Dibubarkannya Kopertis menjadi L2Dikti (L2D) oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), diharapkan menjadi angin segar bagi dunia pendidikan tinggi. Apalagi, dengan adanya sistem di mana Kopertis konsen terhadap PTS dan PTN langsung di bawah Dikti, menjadikan dua lembaga pendidikan tersebut seolah-olah berbeda. Hal itu diungkapkan oleh Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Dr Ir H Anis Saggaff MSCE.

“Sebenarnya Kementerian melihat jika kopertis itu lembaga yang mengurus perguruan tinggi swasta (PTS) dan perguruan tinggi negeri (PTN) langsung di bawah Dikti. Dengan model seperti itu, seolah-olah antara PTN dan PTS itu berbeda. Keinginan pemerintah agar kopertis mengurusi (satu) wilayah, dan di wilayah tersebut tentu ada PTN dan PTS,” ungkapnya di Hotel Aryaduta, Kamis (2/8).

Dilanjutkan, pemerintah pusat dalam hal ini Kemenristekdikti, melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dituangkan ke L2Dikti, dan akan menyebarkan ke bawah (PTN dan PTS).

“Nah, nanti pola kerjanya seperti apa, itu belum tahu. Karena, bagi perguruan tinggi (PT) yang besar, tentu mengharapkan L2Dikti dipimpin oleh orang yang memang berpengalaman. Untuk wilayah Sumsel, L2D dipimpin oleh Prof Selamet Widodo. Kami berharap dia bisa menghandle semua,” lanjut Anis.

Terkait apakah ada efek negatif perubahan tersebut terhadap PT, Prof Anis menganggap bahwa sama sekali tidak ada efek negatifnya. “Justru kalau PTN bergabung ke dalam L2D, itu akan memberikan dan menularkan apa yang sudah didapatkan oleh PTN. Tinggal manajemen L2D tidak menerapkan sistem top down. Keduanya (PTN dan PTS) harus bersama-sama, dan L2D seharusnya menjadi koordinator bagi keduanya,” jelasnya.

Terkait kualitas mahasiswa di PTS, Prof Anis mengatakan justru jika dikelola dengan baik, akan menjadi lebih bagus. PTN akan membantu PTS yang kesulitan di dalam menerapkan proses pendidikannya.

“Sebenarnya, Kopertis sebelumnya sudah dibantu oleh PTN dari aspek sumber daya. Selain itu, PTN juga akan membantu di wilayah pelantikan maupun akreditasi. Jadi jika PTN masuk di L2D, akan lebih bagus karena sharing (berbaginya) lebih enak,” lanjutnya.

‘’Secara pribadi, saya tidak ada masalah dengan itu, karena rektor berbeda dengan L2D. Justru PTN memang harus membantu PTS agar cepat maju. Karena dari aspek pasar, PTN cuma mengambil sedikit saja dari lulusan SMA atau di bawah 20 persen. Selebihnya, PTS lah yang mengerjakannya,” tandas Anis.

Sementara, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggai Swasta Indonesia (APTISI) pusat, Prof Dr Ir HM Budi Djatmiko MSi MEI dalam menyambut positif dengan perubahan yang dilakukan Kemenristekdikti. Walaupun, seharusnya penghapusan dikotomi PT itu dilakukan semenjak ditetapkannya UU DIKTI 12 tahun 2012, tetapi pelaksanaannya molor hingga 6 tahun.

“Sekarang, pemerintah telah menyiapkan lembaga baru yakni Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti). Lembaga ini mengakomodir kepentingan dan memberikan layanan baik kepada PTN maupun PTS. Namun yang banyak dikhawatirkan kalangan PTS jika pemerintah tidak membuat Permen dan petunjuk teknis yang baik untuk menetapkan tugas dan fungsi sesuai pasal 57 ayat 3, maka akan mengulang kejadian Kopertis pada masa lalu, dimana terjadi raja-raja kecil di wilyah/daerah yang justru menghambat pelayanan, dan kontra produktif,” ungkapnya kepada Sumateranews.co.id melalui pesan singkat.

Ditambahkan, perjalanan waktu akan membuktikan apa L2D akan mengubah pendidikan tinggi di Indonesia menjadi lebih baik, atau justru menurunkan kualitas dan pelayanannya. Selain itu, harus di pastikan jika pimpinan L2D harus orang-orang yang arif, amanah, mengayomi dan membimbing, punya pengalaman matang mengelola perguruan tinggi, sehingga bisa berkontribusi dengan baik.

“Selama ini masih ada koordinator kopertis yang merasa dirinya adalah atasan rektor/pimpinan PTS. Bahkan mungkin masih ada okunum-oknum karyawan kopertis yang sengaja mempersulit urusan PTS karena dianggap tidak memberi manfaat untuknya,” keluhnya.

Prof Budi berharap mudah-mudahan lahirnya L2DIKTI menjadi angin segar buat semua pihak dan saling menyadari perubahan ini tujuannya adalah nyata, bahwa PTS ingin jauh menikmati layanan pemerintah, yang menunjukkan bahwa pemerintah ada dan hadir di tengah-tengah PTS.

“PTS akan menyatakan Menteri Ristekdikti berhasil dan sukses, jika kementerian sudah mampu menjalankan UU Dikti 12 tahun 2012, dan menghilangkan dikotomi PTS-PTN. Nanti dilihat dan buktikan dalam waktu dekat ini, apa pimpinan L2DIKTI dan staf-nya lebih santun dan melayani atau sebaliknya, dan menghilangkan dikotomi PTS-PTN,” pungkasnya.

Laporan          : Irfan
Editor/Posting : Imam Ghazali

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button