HeadlinePalembangPolitik

KPU Kota Prabumulih Harus Tetap Menempatkan Kotak Kosong Sebagai Bagian dari Proses Demokrasi

Sumateranews.co.id, PALEMBANG – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Selatan (Sumsel), Aspahani menegaskan jika lembaga negara tersebut harus tetap berimbang dalam melakukan sosialisasi pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Termasuk juga KPU Kota Prabumulih yang hanya memiliki satu pasangan calon (paslon) Wali Kota (Wako).

KPU Kota Prabumulih harus tetap menempatkan kotak kosong sebagai bagian dari proses demokrasi, sehingga harus diketahui oleh seluruh konstituen (pemilih) dalam pilkada mendatang.

“KPU harus berimbang (sosialisasi), terutama saat pemilihan. Biasanya, satu bulan sebelum hari pencoblosan, (sosialisasi) harus fokus bagaimana teknis supaya konstituen tidak salah menentukan pilihannya,” ujar Aspahani saat dikonfirmasi Sumateranews.co.id, Rabu (2/5).

Apalagi, lanjut Aspahani, fenomena kotak kosong bukan hanya terjadi di Prabumulih saja. Masih ada 14 daerah yang hanya memiliki pasangan calon tunggal. Pemilih harus diberikan sosialisasi yang baik bagaimana mereka menentukan pilihannya, apakah memilih calon tunggal atau tidak.

“Jika banyak yang menyetujui calon, maka akan ditetapkan sebagai pemenang. Tetapi, jika lebih banyak yang tidak menyetujui, tentu akan ada pertimbangan tidak ada calon terpilih. Itu sosialisasinya memang harus berimbang,” terangnya.

Selain itu, sosialisasi harus memiliki sasaran-sasaran yang akan dicapai. Contohnya, sasaran pemilih supaya tingkat partisipasi pemilih meningkat, atau sasarannya supaya tidak salah dalam menentukan pilihan.

“Jangan sampai konstitiuen datang ke TPS, tetapi suaranya tidak sah. Kalau memang dana sasaran itu tidak ada, tentu perlu dievaluasi. Tetapi kalau ada, mungkin memang belum waktunya,” cetusnya.

Dijelaskannya bahwa sosialisasi tersebut biasanya dilakukan satu bulan sebelum pencoblosan, supaya tidak ada kesalahan dalam proses menentukan pilihan di TPS karena adanya kotak kosong.

Terkait dengan beredarnya foto petinggi KPU Kota Prabumulih yang mengacungkan salam jari telunjuk seolah mendukung paslon tunggal, Aspahani belum mau berkomentar banyak karena belum melihat foto tersebut.

Namun, jika ada unsur-unsur keberpihakan, tentu harus didalami atau klarifikasi. Setelah itu, akan dibawa ke rapat pleno KPU. “Kalau di dalam lembaga kami (KPU), tentu akan melakukan klarifikasi terlebih dahulu. Jujur, sampai saat ini saya belum tahu kalau ada foto itu. Nanti saya minta biro hukum KPU untuk mengklarifikasi itu. Biasanya kami akan buat surat,” jelasnya.

Jika memang itu terbukti, lanjutnya, pelanggaran tersebut bisa dilanjutkan ke Bawaslu untuk dilaporkan ke dewan etik. “Terkait sanksi, jika kajian dari majelis etik ada unsur-unsur kesengajaan, bisa saja ada sanksi. Tetapi, jika ditimbang tidak ada unsur kesengajaan, bisa jadi itu dianggap tidak ada unsur etik (pelanggaran kode etik),” ungkap Ketua KPU Sumsel.

“Saya belum melihat fotonya, hanya saja kalau ada pihak-pihak yang dirugikan itu diperkenankan untuk dianalisa oleh panwaslu. Karena kami juga sulit membedakan mana yang dukungan atau tidak,” lanjutnya.

Sementara, Ketua Panwaslu Kota Prabumulih, Herman Julaeni SH mengatakan jika hal tersebut sudah diklarifikasi kepada yang bersangkutan, dan sudah dipelajari.

“Itu sudah kami klarifikasi dan dipelajari. Jadi itu penggalan dari rekaman video pada saat giat debat publik pertama. Acara debat itu dibuka dengan ilustrasi (video) tersebut. Kalimatnya mengajak masyarakat agar datang TPS pada tanggal 27 Juni mendatang,” ujarnya.

“Tidak ditemukan unsur keberpihakan. Itu sudah kami kaji dengan komisioner yang lain, dan itu tidak ada unsur ke arah itu (berpihak pada paslon),” tambah Herman.

Namun, sampai berita ini diturunkan, Ketua KPU Kota Prabumulih belum bisa dikonfirmasi. Saat menghubungi melalui telepon selular, panggilan-panggilan tersebut tidak diangkat.

Tidak beberapa lama, ketua KPU Kota Prabumulih, mengirimkan short message service (SMS), dan menginformasikan jika dirinya sedang mengikuti rapat.

Laporan          : Irfan

Editor/Posting : Imam Ghazali

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button