Kini Giliran DPRD Lampung Soroti dan Desak Balai Besar “Kroscek” Proyek Peningkatan Rawa Mesuji Tulang Bawang
MESUJI – Kini giliran lembaga legislatif meminta dan mendesak pihak Balai Besar di Lampung dan APH (Aparat Penegak Hukum) untuk turun ke lapangan mengkroscek proyek Peningkatan di Rawa Mesuji Tulang Bawang Unit ll kabupaten Mesuji dan Tulang Bawang, yang terkesan asal jadi dan diduga banyak terjadi Mark up
“Terkait adanya pemberitaan di beberapa media tentang amburadulnya pekerjaan oknum PT. Bajasa Manunggal Sejati, akan Saya bahas di komisi lV dan Saya akan meminta kepada Balai Besar dan APH yang ada di provinsi Lampung untuk turun ke lapangan,” ucap Sahdana S.Pd, saat menghubungi ketua DPW BAIN HAM RI provinsi Lampung. Ferry Saputra Ys SH, terkait proyek tersebut melalui telepon seluler.
Dikatakannya, tujuan dilakukannya kroscek tersebut untuk mengecek kembali pekerjaan senilai Rp33 milliar lebih itu dan sekaligus memberikan efek jera bagi pelaksana kontraktor.
“Kroscek kembali pekerjaan proyek pembangunan Peningkatan Dirawa Mesuji Tulang Bawang Unit ll Kabupaten Mesuji dan Tulang Bawang, yang diduga dibuat asal jadi dan diduga banyaknya Mark up anggaran di dalam pekerjaan pembangunan proyek tersebut, dengan harapan pihak dari Balai Besar dan APH bisa memberikan efek jera bagi oknum-oknum kontraktor yang nakal,” tegas Anggota Komisi lV DPRD provinsi Lampung dari Fraksi PDI-P ini.
Sebelumnya, sejumlah warga juga mengeluhkan dan mengkhawatirkan Proyek pembangunan Peningkatan Dirawa Mesuji Tulang Bawang Unit ll kabupaten Mesuji dan Tulang Bawang, yang dikerjakan oleh PT. Bajasa Manunggal Sejati, senilai Rp.33.777.777.000 itu diduga tidak sesuai RAB dan tidak akan bertahan lama.
“Diduga dikerjakan asal jadi dan menuai beragam komentar dari beberapa masyarakat,” terang SN, warga setempat, ketika ditemui sedang bersama kedua warga lainnya, pada Jumat (18/8/2023) kemarin.
Menurut ketiganya (SN, KM dan NS), Proyek pembangunan tersebut tidak akan mampu bertahan lama dilihat dari cara kerja dan cara pemasangan material yang digunakan, serta diduga amburadul dan dibuat asal jadi.
“Material yang digunakan adalah bambu bulat, kayu gelam, bambu anyaman, terpal, tanah merah dan karung giobag yang diisi dengan tanah lumpur hasil dari galian kanal.
Seharusnya biar kokoh isi karung Giobag tersebut biasanya material yang digunakan oleh pihak kontraktor berupa pasir, tanah, batu kerikil. Namun kebanyakan kontraktor menggunakan pasir karena dianggap bisa menjadi penghambat air yang baik.” kata Mereka.
Tak hanya itu, lanjutnya, material bambu yang dipakai juga merupakan bambu muda.
“Bambu yang dipergunakan kebanyakan bambu yang masih muda, seharusnya bambu yang tua agar bisa kuat bertahan lama dan kayu gelamnya kebanyakan yang digunakan kecil-kecil dengan ukuran ujung kayu gelam rata-rata 5-6 cm, seharusnya yang lebih kuat 8-10 cm bagian ujung kayu gelam tersebut.
Bagian Geobag yang diisi dengan tanah lumpur tersebut sudah banyak yang kempes dan sudah banyak yang lari tergelincir ke arah sungai, yang dikhawatirkan nantinya kayu penahan karung Giobag tersebut patah karena tidak kuat menahan air. Karung-karung Giobag tersebut tergelincir semua dan menutup aliran sungai, kami selaku masyarakat berharap kepada pihak PT. Bajasa Manunggal Sejati agar mengerjakan proyek pembangunan tersebut dengan benar sesuai juknis dan RAB, agar bisa kokoh dan bertahan lama sesuai dengan keinginan masyarakat,” ungkap mereka. (Hry)
Editor: Donni