EkonomiPalembangSecond Headline

Gembira Panen Raya Tiba Kenyataannya Petani Malah Sengsara Lantaran Harga Gabah dan Beras Anjlok, Mengungkap Persoalan Ini Simak Diskusi Publik Berikut

PALEMBANG – Ketika memasuki musim panen raya dari beberapa Kabupaten di Sumsel, Harga gabah dan beras petani malah anjlok. Sayangnya saat Sumsel mengalami surplus beras, malah membuat para petani padi di Sumsel sengsara. Pasalnya, harga jual Gabah Kering Panen (GKP) di Sumsel menurun drastis dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

H Arkoni MD SIp, selaku Direktur Utama (Dirut) PT Sriwijaya Agro Industri (SAI) mengatakan, dukungan semua pihak untuk PT SAI agar jangan sampai Bulog dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan swasta tetapi lebih banyak bekerjasama dengan BUMD.

“Beras itu jangan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, tetapi bagaimana peran Bulog dan BUMD seperti PT SAI bisa mengambil peran dominan dalam distribusi dan penyangga harga Gabah,” ujar Arkoni saat diwawancara usai diskusi publik di Cafe Roca Palembang, Kamis (25/3/2021).

Ir Yulian Junaidi MSi, selaku Akademisi Universitas Sriwijaya (Unsri) menanggapi tentang kenaikan anjloknya harga padi dan beras bagi petani di Sumsel.

“Beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni perlu pergeseran paradigma dari Ketahanan pangan menjadi kedaulatan pangan, Reforma Agraria dijalankan terintegrasi dengan pemenuhan pangan Nasional, distribusi pangan tidak boleh diserahkan pada ekonomi pasar yang Liberal,” singkatnya.

Usai Diskusi, Anggota DPRD Komisi II Sumsel, Azmi Shofix SR Sip, mengatakan sesuai diskusi yang digelar pada hari ini dengan tema Impor beras petaka berulang bagi petani.

“Inikan sudah menjadi masalah yang berulang-ulang, Sumatera Selatan adalah lumbung pangan Nasional jadi permasalahan ini yang artinya petaka bagi petani adalah dengan adanya isu impor beras, itu dijadikan alat atau bahan bagi korporasi-korporasi besar untuk menekan harga pembelian ditingkat petani,” ujar Asmi.

Asmi mengungkapkan, dalam satu sisi Bulog tidak maksimal melakukan penyerapan sebagaimana fungsinya, yang harusnya menyerap beras petani tetapi tidak melakukan fungsinya secara penuh yang akhirnya petani menjual kepada sektor swasta.

“Isu impor ini akhirnya membuat sektor swasta berspekulasi menurunkan harga ditingkat petani dari 30 sampai 40 persen dari harga yang ditetapkan Pemerintah,” ungkap Azmi.

Dialog tersebut juga di meriahkan oleh penampilan Musisi Muda, Etaky. Dan Musikalisai puisi oleh Rinaldi Davinci.

Laporan : DN III Editor : Syarif

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button