NusantaraOpini

Gagal Ginjal, Lemahnya Pengawasan Negara terhadap Rakyat

Oleh : Rini Wahyuni

BELAKANGAN ini Indonesia dihebohkan dengan temuan banyaknya anak-anak Indonesia yang mengalami penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA). Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah anak yang dilaporkan mengalami kasus gagal ginjal, di antaranya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali melaporkan peningkatan kasus gagal ginjal akut misterius (acute kidney injury/AKI) di Indonesia. Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menyampaikan, jumlah kasus gagal ginjal akut progresif atipikal mencapai 269 kasus per tanggal 26 Oktober 2022. Terdapat peningkatan dari total 245 kasus yang dilaporkan Kemenkes pada Minggu (23/10/2022). Sementara itu, angka kematiannya juga meningkat, yakni mencapai 157 anak yang sebelumnya dilaporkan mencapai 143 anak. Syahril mengatakan, 269 kasus gagal ginjal akut tersebut ditemukan di 27 provinsi. Tercatat, DKI Jakarta terbanyak dengan 57 kasus, diikuti Jawa Barat dengan 36 kasus, Aceh 30 kasus, Jawa Timur 25 kasus, dan Sumatera Barat 19 kasus. Sementara itu jumlah penderita gagal ginjal akut di Kota Medan menjadi 11 kasus yang sebelumnya per tanggal 20 Oktober 2022, masih 10 anak. Tak hanya itu gagal ginjal akut misterius ini banyak menyerang anak-anak, umumnya balita. Gejala yang muncul dari penyakit ini adalah demam, hilang nafsu makan, malaise, batuk pilek, mual, muntah, ISPA, dan diare, sulit buang air kecil, berupa air seni berkurang atau tidak ada air seni sama sekali. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sempat menyampaikan bahwa ditemukan kristal tajam dalam ginjal anak-anak pengidap gangguan ginjal akut misterius. Hingga saat ini, penyebab gangguan ginjal akut masih belum pasti. Meskipun demikian, Kemenkes mengambil langkah konservatif dengan sempat menghentikan penjualan obat sirup yang dinyatakan tidak aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dari peristiwa ini akhirnya massa aksi dari provinsi Sumatera Utara yang tergabung dalam Rakyat untuk Keadilan dan Supremasi Hukum (Raksahum) menggelar demonstrasi, di Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), di Jalan Willem Iskandar, Medan Estate, Deli Serdang, Senin (24/10/2022). Koordinator Raksahum Ade Dermawan mengatakan aksi ini merupakan rasa bentuk kepedulian terhadap anak Indonesia. Sebab, sudah banyak anak yang meninggal gara- gara obat yang diduga mengandung etilen glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) tersebut.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana selama ini peran negara dalam mengurusi urusan rakyatnya sehingga pemerintah bisa kecolongan terhadap peredaran obat berbahaya yang telah menelan banyak korban?. Bukankah Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Keselamatan dan Kesejahteraan merupakan hal yang harus dipenuhi negara untuk kesejahteraan rakyatnya? Namun mengapa seolah hari ini negeri ini seperti diam, abai bahkan tak mau tahu terhadap kesulitan dan penderitaan rakyatnya. Hal ini terbukti dengan kurangnya rasa kepedulian pemerintah dalam menjamin kesehatan bagi rakyatnya sehingga rakyat harus menjadi korban dari kelalaian negara terhadap pengawasan obat yang berbahaya yang menjangkit anak-anak bangsa.

Inilah dampak dari rusaknya sistem kapitalime, sistem ini tidak akan benar-benar peduli terhadap urusan rakyatnya. Karena standar tolak ukur perbuatan mereka hanyalah manfaat. Sehingga wajar obat berbahaya ini bisa dengan mudah beredar, karena setelah mendapatkan surat izin terbit produksi dan telah memberikan bayaran kepada badan terkait. Mereka tak pernah peduli lagi untuk benar-benar mengawasi apakah obat-obatan tersebut benar-benar diproduksi dengan baik dan layak untuk dikonsumsi.

Berbeda dengan sistem Islam, Islam benar-benar sangat memperhatikan segala keperluan rakyatnya. Karena negara didalam sistem Islam adalah pengurus urusan rakyat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. al-Bukhari). Apalagi dalam masalah kesehatan., Negara Islam akan memperhatikan dan menjamin kesehatan rakyatnya sehingga negara akan mengirimkan dokter-dokter terbaik untuk menangani masalah kesehatan yang dihadapi oleh rakyat dan bukan hanya itu didalam sistem Islam bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan obat-obatan yang akan dikonsumsi oleh rakyat juga harus sesuai dengan syariat Islam yaitu memperhatikan kehalalan dan kebaikannya sehinga hasil obat-obatan tersebut dijamin tidak akan membahayakan bagi penderita dalam mengonsumsinya. Tidak seperti sistem hari ini yang serba asal dan tidak memperhatikan dampak dari obat-obat yang diproduksi dengan bahan yang belum tentu terjamin kehalalannya dan apakah menggunakan bahan yang benar-benar aman bagi tubuh manusia. Karena standar perbuatan mereka hanyalah manfaat. Karena itu tidak ada jalan lain yang terbaik selain mengembalikan kembali sitem Islam ini ketengah-tengah umat agar hukum Allah terterapkan dan islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) benar-benar bisa kita rasakan.

Waalau’alam bishowab

Sumber :

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/27/12381711/update-kasus-gagal-ginjal-akut-total-269-terdiagnosis-157-orang-meninggal

https://www.detik.com/sumut/berita/d-6366857/walkot-bobby-gagal-ginjal-akut-anak-di-medan-11-kasus-6-meninggal

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button