HeadlineKasus & PeristiwaOKUSumsel

Diduga Terlibat Korupsi dan Pungli, 2 Oknum Mantan Kades di OKU Meringkuk di Sel Tahanan 

BATURAJA – Dua oknum mantan Kepala desa (Kades) di Bumi Sebimbing Sekundang (OKU), Sumsel, terpaksa meringkuk di sel tahanan Polres Ogan Komering Ulu (OKU), usai terbukti terlibat kasus dugaan korupsi penyalahgunaan dana desa dan pungli (pungutan liar) dalam proses pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) pada tahun 2018 lalu.

Keduanya, ialah Jhon Hendra (44), mantan Kades Tanjung Sari, kecamatan Pengandonan, OKU, dan Saherman (59) mantan Kades Bindu kecamatan Peninjauan, OKU.

Penahanan terhadap keduanya dilakukan setelah resmi ditetapkan sebagai tersangka. Di mana mantan Kades Tanjung Sari, Jhon Hendra ditetapkan tersangka oleh Unit Idik IV Tipidkor Satreskrim Polres OKU, pada kasus dugaan korupsi DD pada bidang pembangunan desa dan dana penyertaan modal pada Badan Usaha Milik desa (Bundes) Tanjung Sari, kecamatan Pengandonan, kabupaten OKU Tahun Anggaran 2018.

Akibat keserakahannya, menyebabkan negara dalam hal ini Pemkab OKU mengalami kerugian sebesar Rp379.399.614.

Kapolres OKU, AKBP Arif Harsono didampingi Waka Polres, Kompol Farida Aprillah menjelaskan, pada 2018 lalu, saat tersangka menjabat kepala desa, terjadi pencairan DD yang bersumber dari APBN sebesar Rp700.730.000.

“Pencairannya dilakukan dalam tiga tahap. Pertama bulan Maret 2018 sebesar Rp140.147.800 ke rekening kas desa Tanjung Sari. Pencairan tahap dua pada Juli 2018 sebesar Rp280.295.600 ke rekening kas desa yang sama. Pencairan ketiga pada bulan November Rp280.295.600, ke rek kas desa Tanjung Sari,” rinci AKBP Arif Harsono, Selasa (28/03/2023).

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan PKN desa Tanjung Sari, kecamatan Pengandonan, kabupaten OKU Tahun 2018 Nomor: 700/26/LHP/KH/XIV/2020 tanggal 17 Maret 2020 dan Inspektorat kabupaten OKU terdapat kerugian keuangan negara sebesar Rp379.399.614.

Pada saat pelaksanaan kegiatan DD yang bersumber dari APBN tersebut, diduga oknum Kades (pada saat itu) tidak melibatkan perangkat desa. Dan dari penggunaan DD itu didapat adanya mark up terhadap harga pembelian material dan barang-barang lainnya.

“Bahkan, dalam kegiatan fisik terdapat kekurangan volume dan tersangka kades tidak merealisasikan pembiayaan penyertaan modal desa (Bumdes) 2018 ke pengurus,” jelasnya.

Kapolres OKU menjelaskan, selama proses penyelidikan dan penyidikan oleh Unit Idik IV Tipidkor Satreskrim Polres OKU, tersangka tidak kooperatif dan sudah 2 tahun melarikan diri alias buron.

Kemudian, pada Kamis 8 Desember 2022, telah dilakukan upaya penjemputan paksa terhadap tersangka di Karang Raja, kabupaten Muara Enim.

“Setelah dilakukan pemeriksaan, didapat keterangan dan alat bukti yang cukup terkait perbuatan yang dilakukan tersangka. Kemudian dilakukan gelar perkara dan penahanan di sel sementara Polres OKU,” ujar Kapolres.

Akibat ulahnya, tersangka dijerat Pasal 2 Ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana diubah dan diperbarui dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

“Tersangka terancam hukuman pidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun,” tegas Arif.

Demikian juga dengan Saherman (59) mantan Kades Bindu kecamatan Peninjauan ini ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu, akibat kasus pungutan liar (pungli) pada program pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) sertifikat rumah dan pekarangan serta pendaftaran sertifikat tanah perkebunan untuk masyarakat desa Bindu Tahun Anggaran 2018 lalu.

Polres OKU akan melaksanakan pelimpahan tahap 2 barang bukti dan tersangka atas nama Saherman (59) Mantan Kepala desa Bindu

Pada kasus mantan Kades Bindu tersebut korbannya sebanyak 366 warga desa Bindu, yang mengikuti program PTSL sertifikat rumah atau pekarangan dan pendaftaran sertifikat tanah perkebunan tahun 2018 lalu.

Kasi Humas AKP Syafaruddin menambahkan, peristiwa tersebut terjadi pada Februari hingga Desember 2018, ketika tersangka menjabat sebagai Kades Bindu menetapkan biaya kepada warga peserta program PTSL sebesar Rp500 ribu.

Lanjutnya, hal tersebut tidak sesuai dengan besaran biaya resmi yang telah ditetapkan pemerintah dalam SK bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Mendagri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor: 25/SKB/V/2017; Nomor: 590-3167A Tahun 2017; Nomor: 34 Tahun 2017.

“Dalam SK bersama itu disebut, biaya persiapan PTSL untuk wilayah Sumsel yaitu hanya Rp200 ribu,” ungkap Kasi Humas

Sedangkan dari pungutan Rp500 ribu tersebut, tersangka mendapat jatah Rp.100 ribu. Sedangkan panitia PTSL lainnya di desa Bindu sebanyak 10 orang, masing-masing mendapat bagian Rp20 ribu.

Tersangka ditangkap dan ditahan oleh anggota Pidkor Satreskrim Polres OKU pada Kamis (16/03/2023).

Selain tersangka turut diamankan barang bukti berupa dokumen penetapan lokasi pelaksanaan PTSL dari BPN OKU Tahun 2018.

Berita acara pelaksanaan sosialisasi program PTSL oleh tim BPN OKU; surat pernyataan warga peserta program PTSL desa Bindu terkait pembayaran biaya program PTSL Rp500 ribu kepada panitia; SK pengangkatan dan pemberhentian tersangka sebagai Kades Bindu, dan uang Rp4 juta diduga hasil Pungli.

“Tersangka Saherman dikenakan Pasal 12 huruf e dan Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah dan diperbarui dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor dan terancam hukuman maksimal 20 tahun penjara,” pungkasnya. (SMSI OKU)

Editor: Donni

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *