Oknum Petugas Kebersihan Pungut Setoran per-Bulan
Sumateranews.co.id, PRABUMULIH – Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) kota Prabumulih mendapat sorotan. Petugas kebersihan yang bertanggungjawab terhadap operasi mobil truk sampah di Kota Prabumulih ini diduga melakukan pungutan liar (pungli) ke buruh angkutan sampah motor roda tiga.
Indikasi dilakukan oleh petugas kebersihan Perkim itu terjadi sejak dua tahun terakhir dengan menarik uang jasa pengangkutan sampah berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 130 ribu rupiah dari sejumlah buruh pengangkut sampah rumah tangga di beberapa titik Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di lokasi wilayah kelurahan yang ada.
Dugaan pungli dalam pengangkutan sampah itupun mulai mencuat, setelah beberapa hari kemarin para buruh motor angkutan sampah tersebut mengeluh. Mereka kerap menanggung beban setoran uang tersebut dalam setiap bulannya. Padahal, biaya operasional dan gaji petugas kebersihan sudah ditanggung oleh Pemkot Prabumulih.
“Sudah selamo ini Pak hampir sekitar duo tahun terakhir soal kalu kami buang sampah ke TPS ini harus bayar ke petugas mobil truk yang ngangkut sampah. Duet langsung diserahkan ke supir, setiap bulannyo kami diminta bayar Rp 100 ribu sampe Rp 130 ribuan,” sebut YT (inisial, red) yang merupakan salah seorang buruh motor angkutan sampah yang membuang di lokasi TPS di Jalan Padat Karya Kelurahan Gunung Ibul, Prabumulih Timur, Minggu sore (27/8).
Menurutnya, uang yang disetor ke petugas mobil sampah itu dengan dalih sebagai biaya pengganti jasa operasional mobil untuk mengangkut sampah dari titik TPS yang berada di kelurahan ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di kawasan Jalan raya Sungai Medang, Kelurahan Prabu Jaya Kecamatan Prabumulih Timur.
“Kalu alasannyo untuk duet mereka ngangkut sampah setiap hari ke dari TPS ini ke lokasi TPA yang di Sungai Medang itu Pak. Kan biasonyo kato mereka setiap harinyo cuma sekali rit ngangkut sampah dari bak di TPS ini ke sano (TPA, red) nah sejak kami galak buang di TPS oleh jauh nak ke TPA itu mereka jadi bolak balik,” kata dia.
Pria yang memiliki empat orang anak ini pun mengakui jika penghasilan dari mengangkuti sampah di rumah-rumah yang ada di pemukiman warga penduduk di lingkungan tempat tinggal mereka itu mendapat upah setiap bulannya sebesar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu rupiah dari masing-masing warga yang mereka ambil sampah rumah tangganya untuk dibuang itu.
“Kadang ngutang-ngutang dulu ke wong kalu pas nak bayar duet katek Pak. Kalu rumah warga yang aku ambeki sampahnyo itu idak banyak ado sekitar 40 rumah. Sikok rumah Rp 15 ribu tiap bulan jadi untuk makan sehari-hari anak bini paling bersih Rp 400 ribuan, belum lagi biaya budak sekolah Pak, tapi nak camo lagi kami ini gawe dak lagi kalu idak bayar idak makan anak bini kami,” bebernya.
Sementara, keterangan serta pendapat berbeda yang disampaikan oleh buruh motor angkutan sampah lainnya, Marwan (49) warga Kelurahan Gunung Ibul, Prabumulih Timur. Dia menuturkan dengan membayar uang setoran tersebut lebih meringankan tugasnya sebagai buruh motor sampah yang seharusnya membuang sampah diangkutnya itu ke lokasi TPA, dan bukan ke TPS di lingkungannya.
“Iyo memang Pak kami bayar kalu nak buang ke TPS, karno jauh jugo kalu nak buang sampah pakek motor ini ke lokasi TPA itu. Hitung-hitung dengan bayar ke supir mobil sampah itu gawean aku ini jadi ringan jugo. Lagian jugo, kami bayar seadonyo bae mereka idak nentuke berapo besak nilainyo itu,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perkim Kota Prabumulih, Tony Syalfriansyah SH saat dikonfirmasi kemarin (27/8) juga tak menampik jika pihaknya mengetahui adanya hal tersebut terjadi. Toni pun mengaku hal itu sudah terjadi sejak dua tahun terakhir saat pihaknya mengeluarkan surat edaran tentang lokasi pembuangan sampah bagi para buruh pengangkut sampah dengan menggunakan motor roda tiga wajib ke lokasi TPA.
“Kalau soal itu memang kita mengetahuinya, kalau tidak salah sudah sekitar dua tahun yang lalu. Waktu setelah belum lama kita mengeluarkan surat edaran bagi pengangkut motor sampah harus membuangnya ke TPA dan bukan ke TPS, tapi setau kita watu itu antara supir mobil sampah dengan mereka melakukan kesepakatan soal itu dan saya tidak tau soal berapa nilainya itu hingga keduanya saling sepakat,” tandasnya.
Laporan : Fadli
Editor : Imam Ghazali
Posting : Andre