HeadlineHiburanPalembangSecond Headline

Tiga Masalah Transportasi Sumsel Disorot

Sumateranews.co.id, PALEMBANG- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyoroti tiga masalah transportasi di Sumsel. Yakni soal Pelabuhan Tanjung Api Api (TAA), LRT, dan ketiga soal larangan angkutan batubara melintasi jalan umum.

Hal tersebut diungkapkan Budi Karya Sumadi saat konferensi pers di Hotel Santika, Sabtu (24/11/2018).

Budi Karya Sumadi mengatakan, dirinya ingin kinerja transportasi di Sumsel mengalami peningkatan. Dari diskusi tadi bersama seluruh pihak terkait, ada tiga hal yang disoroti. Pertama soal Pelabuhan TAA, kedua mempercepat kapasitas LRT dan ketiga mengenai harapan masyarakat agar angkutan batubara tidak melintasi jalan umum.

“Berkaitan dengan Pelabuhan TAA kita melihat kapasitas di pelabuhan TAA belum maksimal. Padahal ada potensi angkutan barang dari Palembang ke Bangka dan Belitung. Kami mengoordinasi agar fungsi pelabuham dibuat dua jenis. Yakni penumpang ditambah angkutan barang atau roro dari TAA ke Babel. Saya minta waktu dua minggu dengan Dishub Sumsel, Dirjen Laut, Dirjen Darat untuk berkoordinasi,” ujarnya.

Budi menerangkan, persoalan kedua adalah LRT. “Kita butuh LRT saat Asian Games agar dioperasikan. Namun sampai saat ini kita masih melakukan konstruksi di beberapa tempat. Kecepatan, jarak waktu, kapasitas belum maksimal. Dalam waktu dekat akan datang 2 kereta lagi,” katanya.

“Harusnya waktu tempuh dari Bandara ke Jakabaring 42 menit. Waktu operasi harusnya dari jam 5 subuh hingga jam 10 malam,” ucapnya.

Dia menuturkan, pihaknya sudah menyampaikan ke Dishub untuk melihat fider maksimal mengurangi kompetisi sejajar dengan LRT. Fider-fider itu tegak lurus dengan fungsi LRT.

“Ini jadi angkutan jangkar utama dari bandara sampai ke Jakabaring. Sedangkan yang lain menjadi fider. Lebih cepat, waktu operasional lebih panjang. Saya minta waktu dua minggu, Dishub, INKA, Waskita, dan KAI untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ada 6 parameter untuk meningkatkan okupansi LRT yakni highway, kecepatan, jarak tempuh, titik berhenti, fider dan kompetisi dengan angkutan lain,” paparnya.

Terkait pembatasan angkutan batubara di jalan umum, Budi mengapresiasi, karena banyak masyarakat yang menyetujui.

“Masalah kecelakaan, kecepatan dari Muara Enim ke Palembang bisa 3 jam. Selain itu, uang untuk memperbaiki jalan itu banyak sekali. Pemerintah sudah memberikan uang banyak untuk perbaikan jalan akibat angkutan batubara. Kita lakukan perbaikan, masing masing pihak harus menerima keputusan tersebut, dengan memaksimalkan kereta api. Selain itu, kita persilakan gunakan jalan khusus. Perlu ada masukan- masukan dan koordinasi harus dilakukan,” tandasnya.

Laporan         : Wiwin
Editor/Posting : Imam Ghazali

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button