PendidikanSecond Headline

Pengelolaan Sampah Disekolah dengan Edukasi ‘Zero Waste’

Sumateranews.co.id, PALEMBANG ─ Sampah di sekolah masih menjadi permasalahan utama. Pengelolaan sampah masih dilakukan secara tradisional yakni, membuang sampah pada tempatnya, kemudian ditarik petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Teknik pengelolaan dengan cara seperti itu dinilai tidak hanya menghabiskan tempat, namun juga menimbulkan ancaman polusi serta ongkos angkut sampah yang tidak efisien.

Menurut Ketua Yayasan Kartika Jaya Cabang II Sriwijaya, Ny. Rina Irwan, pada saat ini kami berusaha memperkenalkan dan memberikan pendidikan atau edukasi kepada anak – anak sejak usia dini tentang “Zero Waste”. Rabu (6/2/2019).

Ny. Rina juga menjelaskan bahwa, “Zero Waste” merupakan gaya hidup dengan meminimalkan produk atau barang yang menimbulkan sampah plastik (non organik). Langkahnya, mengurangi sampah dan mengajarkan pada anak SD Kartika mulai dari memilih dan memilah jenis sampah organik dan non organik.

Anak – anak kita anjurkan membawa botol kemasan air minum sendiri dari rumah agar higienis dan menghindari membeli minuman yang menggunakan kemasan botol atau cup plastik di sekolah, serta melaksanakan kegiatan bersih – bersih sampah pada setiam Jum,’at bersih pada pagi hari setelah melaksanakan kegiatan senam di sekolah.

Anak – anak SD juga diajak untuk bekerja sambil bergembira membersihkan lingkungan di sekolah, untuk menanamkan jiwa bekerjasama, bergotong royong dan bertanggungjawab terhadap lingkungan.

“Kalau lingkungan kita bersih maka hati dan jiwa kita juga merasa bersih karena, kebersihan merupakan sebagian dari iman”, pungkas Ketua Yayasan yang anggun dan sangat energik ini.

Sementara itu, Wakil Ketua Yayasan Kartika Jaya Cabang II Sriwijaya, Ny. Shinta Syafrial menambahkan, 50 persen sampah di sekolah adalah sisa makanan bekal anak sekolah (organik). “Nah, sisa makanan ini jangan dibuang, tetapi bisa diurus sendiri misalnya dengan metode pembuatan kompos. Semua sampah organik bisa dijadikan kompos yang akan hancur oleh bakteri pengurai. Cara ini mudah, bisa memasukkan sampah daun, rumput dan ranting kedalam wadah kemudian diisi bakteri pengurai yang bisa didapat di toko alat pertanian.

Ny. Shinta juga menyampaikan, sampah ini bisa dipilah mana yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak. Biasanya, 20 persen dari sampah non organik ini bisa didaur ulang dan sisanya 30 persen baru dibuang ke tong sampah yang akan berakhir di TPA. “Tetapi langkah tersebut jangka pendeknya, karena kita prinsipnya Zero Waste, 100 persen kita tidak nyampah”, ujarnya.

“Bebas sampah berarti kita merancang dan mengelola produk dan proses untuk secara sistematis menghindari dan menghilangkan budaya anak – anak untuk tidak memproduksi sampah dan membuang sampah sembarangan. Bebas sampah lebih merupakan tujuan atau cita – cita daripada target yang sulit dicapai. Bebas sampah tidak akan mungkin terwujud tanpa upaya dan tindakan yang signifikan dari diri kita pribadi dan lingkungan terdekat”, tuturnya.

Pada kesempatan tersebut juga, tampak para Pengurus Yayasan Kartika Jaya Cabang II Sriwijaya beserta guru melihat hasil karya anak – anak SD Kartika II – 2 dan SD Kartika II – 3 Palembang dalam memanfaatkan limbah sampah plastik menjadi hasil karya yang sangat bermanfaat dan bernilai ekonomis. Rabu (6/2/2019).

 

Sumber : Pendam II/Swj

Editor    : Syarif

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button