HeadlineOpiniPalembangPolitik

Dodi-Giri, Pembangunan Infrastruktur 2 Tahun Bisa, Aspal Karet Bukanlah “Pepesan Kosong”

SAAT acara debat kandidat beberapa waktu yang, Paslon Gubernur Nomor Urut Empat memaparkan konsep penggunaan aspal campur karet untuk infrastruktur jalan di Sumsel. Konsep ini jelas cukup awam bagi sebagian masyarakat yang baru mendengarnya. Dimana selama ini masyarakat hanya tahu aspal itu belum pernah ada yang dicampur karet.

Maka munculah berbagai pertanyaan di benak sebagian masyarakat, mungkinkah hal ini bisa diterapkan, atau ini hanya program “pepesan kosong” sekedar untuk menarik simpati masyarakat?

Berawal dari keresahan petani karet yang mengeluhkan rendahnya harga jualnya selalu rendah. Dodi-Giri berani menerapkan konsep aspal karet dalam program kerja mereka percepatan infrastruktur 2 tahun bisa. Lalu bagaimana mengimplementasikan konsep ini, penulis mencoba menjabarkan berdasarkan informasi dan data yang dikutip dari beberapa sumber.

Rendahnya harga karet dipengaruhi oleh daya serap ekspor karet yang masih rendah. Kapasitas produksi karet Indonesia sebagai negara nomor dua penghasil karet setelah Thailand sebesar lebih kurang 3,2 juta ton dengan luasan perkebunan karet lebih kurang 3,4 juta hektar. Dari total hasil produksi tersebut 85% diekspor dalam bentuk karet mentah dan sisanya untuk konsumsi domestik. Dampak dari surflus produksi karet mentah membuat harga karet dipasar turun drastis. Hukum ekonomi berlaku “barang berlimpah maka nilai jual akan rendah”.

Konsep teknologi pencampuran aspal dengan lateks sudah lama menjadi perhatian pemerintah. Salah satu upaya untuk menstabilkan harga karet adalah dengan meningkatkan konsumsi domestik. Untuk mendukung hal tersebut maka Kementerian PUPR melalui Pusjatan Balitbang dan Kementerian Perindustrian berupaya untuk memanfaatkan karet alam dalam bidang infrastruktur, salah satunya sebagai bahan tambah untuk aspal (aspal karet).

Tahun 2015 Kementerian PUPR  dengan Kementerian Perindustrian dan Puslit Karet melakukan pengembangan aspal karet sebagai modifier aspal.  Dan Tahun 2017 dilakukan penghamparan di beberapa tempat. Penghamparan yang dilakukan antara lain pada ruas  jalan raya Parung – Depok pada Minggu dini hari 5 November 2017. Penghamparan sepanjang 500 m untuk perkerasan aspal karet padat masterbatch dan 100 m untuk perkerasan aspal Pen 60 sebagai pembanding. Penghamparan dilakukan dengan dihadiri  Direktur Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan, Edy Sutopo,  Direktur Pusat Penelitian Karet, Karyudi,  Kabalai Litbang Perkerasan Jalan, Nyoman Suaryana, dan para pejabat dari lingkungan Balitbang PUPR.

Dari segi kualitas aspal karet alam dapat meningkatkan kualitas pengerasan aspal dalam hal usia dan ketahanan terhadap air. Sehingga kualitas aspal yang dicampur karet lebih tahan lama dibandingkan aspal biasa. Campuran aspal karet diharapkan menghasilkan campuran yang lebih lentur dan kedap air. Jika ini bisa dicapai, akan dihasilkan lapisan pengerasan yang sedikit lebih tipis (penghematan) dan kedap, sehingga bisa menutup retakan-retakan pada lapisan pondasi di bawahnya. Aspal karet lebih tahan retak dan air. Aspal memiliki elastisitas yang lebih tinggi sehingga meningkatkan ketahanan terhadap retak dan deformasi cocok untuk diterapkan pada beban lalu lintas sedang.

Untuk menjawab keraguan sebagian masyarakat teknologi ini akan diterapkan untuk peningkatan jalan di Muba. Dimana pada Senin (28/5) dua kontrak perbaikan insfrastruktur jalan di Kecamatan Sungai Keruh dan Jirak Jaya resmi ditandatangani Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dengan dua kontraktor skala Nasional. Yang mana,nilai kontrak jalan Tebing Bulan hingga Km 11 Jirak, lalu Jirak-Talang Mandung, Jirak-Layan-Bangkit Jaya, Jembatan Gantung-Talang Simpang-Simpang Rukun Rahayu-Mekar Jaya bernilai lebih kurang Rp 188 Miliar, yang dikerjakan PT Conbloc Infratecno-Istaka Karya Jo dan kontrak satunya lagi dengan nilai lebih kurang Rp 118 Miliar dengan kegiatan pelebaran dan peningkatan jalan meliputi jalan Sukarami-Simpang Sari-Tanah Abang-Saud-Simpang Selabu-Dawas-Berlian Makmur-Jalan Negara, yang dikerjakan oleh PT Abipraya-Perdana (KSO).

Presiden Direktur PT Conbloc Infratecno, Alfino Iskandar menerangkan, pekerjaaan yang dilakukan pihaknya nanti dipastikan menggunakan teknologi yang berbeda. Dimana pihaknya akan menerapkan aspal karet pertama di Sumsel, lantaran memiliki ketahanan yang baik.

“Dalam pembangunan kita akan gunakan pondasi soil semen yakni tanah pilihan dicampur dengan semen. Setelah itu, akan digunakan teknologi lapis dua kali dengan aspal karet yang mutunya jauh lebih tinggi,” tegasnya.

Jadi cukup wajar jika Dodi-Giri mengusung konsep ini dalam program kerja percepatan pembangunan insfrastruktur. Lalu apa kelebihan program ini untuk masyarakat Sumsel, di sinilah kecerdasan Dodi-Giri dalam meramu program yang mereka usung. Ini dampak yang dihasilkan dari program tersebut.

  1. Kualitas infrastruktur yang dihasilkan akan lebih baik lagi.
  2. Daya tahan dan usia jalan yang menggunakan aspal karet berdampak terhadap penghematan anggaran pemeliharaan jalan yang selalu membebani APBD. Sehingga anggaran yang dihemat dapat dialokasikan untuk program yang lain.
  3. Dapat menyerap produksi karet Sumsel dengan harga yang baik dan berdampak meningkatnya perekonomian petani karet. Sehingga petani karet akan kembali bergairah.

Jadi program kerja yang diusung Dodi-Giri bukanlah sekedar pepesan kosong, konsep yang mereka bangun berpengaruh positif baik pertumbuhan perekonomian masyarakat maupun produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan bisa lebih efisien lagi dalam penggunaan anggaran. Pemimpin yang cerdas mampu mengoptimalkan potensi yang ada dan memberikan solusi yang terbaik untuk kesejahteraan masyarakat.

Kiriman           : Tim Paslon 4

Editor/Posting : Imam Ghazali

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button